Dalam
salah satu teori kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner, dikenal
kecerdasan intrapersonal. Yakni kemampuan memahami diri sendiri,
menghargai, memahami perasaan, keterbatasan, kekuatan, dan motivasi diri
sendiri. Dalam pengamatan saya, biasanya orang-orang yang memiliki
kecerdasan seperti ini adalah orang-orang yang pandai mengambil hikmah
dalam kehidupannya. Mereka yang selalu tahu menyembuhkan dirinya sendiri. Mungkin mereka bisa cepat berdamai dengan konflik batinnya.
Ada sebuah kata bijak Arab yang menyebutkan, barang siapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya. Meskipun saya kurang begitu paham apa maksud kalimat ini, tetapi saya secara pribadi mengaitkannya dengan kemampuan kita untuk berkomunikasi dengan diri sendiri agar mengikuti suara-suara kebenaran dari dalam diri.
Katanya, naluri itu tidak pernah bohong. Bahkan seorang pencuri pun tahu kalau ia salah. Seorang pelacur pun tahu kalau kelakukannya tidak benar. Tetapi, mereka mengabaikan naluri-naluri yang ditiupkan Tuhan dari dalam diri mereka. Orang-orang yang tidak mengenal dirinya yang terdalam mungkin lebih mengikuti hawa nafsunya. Disadari atau tidak, Tuhan telah memasang alarm dalam tubuh kita, yang akan berbunyi ketika kita melakukan kesalahan. Kalau masih tersentuh oleh kesalahan itu, mungkin saja itu rahmat Tuhan yang membuka jalan agar kita mengubah jalan pikiran kita.
Dalam hidup ini, di setiap interaksi sosial kita dengan sesama manusia atau alam, selalu ada kesempatan untuk mengambil pelajaran untuk peningkatan kualitas diri sendiri ke depannya. Inilah universitas kehidupan yang tidak mungkin didapatkan dalam ruang-ruang kelas. Tetapi, dalam kehidupan sosial yang kita hadapi. Masalah dan pengalaman hidup akan menuntun kita untuk belajar. Menelaahnya ke dalam diri sendiri dan mengambil pelajaran di dalamnya adalah hikmah. Karena selalu ada hikmah di setiap kejadian. Dan kita akan terus belajar dalam kehidupan ini.
Katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya orang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Az Zumar: 9)
Melbourne, 31.12.16
Ada sebuah kata bijak Arab yang menyebutkan, barang siapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya. Meskipun saya kurang begitu paham apa maksud kalimat ini, tetapi saya secara pribadi mengaitkannya dengan kemampuan kita untuk berkomunikasi dengan diri sendiri agar mengikuti suara-suara kebenaran dari dalam diri.
Katanya, naluri itu tidak pernah bohong. Bahkan seorang pencuri pun tahu kalau ia salah. Seorang pelacur pun tahu kalau kelakukannya tidak benar. Tetapi, mereka mengabaikan naluri-naluri yang ditiupkan Tuhan dari dalam diri mereka. Orang-orang yang tidak mengenal dirinya yang terdalam mungkin lebih mengikuti hawa nafsunya. Disadari atau tidak, Tuhan telah memasang alarm dalam tubuh kita, yang akan berbunyi ketika kita melakukan kesalahan. Kalau masih tersentuh oleh kesalahan itu, mungkin saja itu rahmat Tuhan yang membuka jalan agar kita mengubah jalan pikiran kita.
Dalam hidup ini, di setiap interaksi sosial kita dengan sesama manusia atau alam, selalu ada kesempatan untuk mengambil pelajaran untuk peningkatan kualitas diri sendiri ke depannya. Inilah universitas kehidupan yang tidak mungkin didapatkan dalam ruang-ruang kelas. Tetapi, dalam kehidupan sosial yang kita hadapi. Masalah dan pengalaman hidup akan menuntun kita untuk belajar. Menelaahnya ke dalam diri sendiri dan mengambil pelajaran di dalamnya adalah hikmah. Karena selalu ada hikmah di setiap kejadian. Dan kita akan terus belajar dalam kehidupan ini.
Katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya orang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Az Zumar: 9)
Melbourne, 31.12.16