Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan" QS. 67:15
Perjalanan yang paling indah sesungguhnya adalah perjalanan yang mengingatkan kita kepada Tuhan. Dan perjalanan penuh ruhiyah paling mungkin kita temukan ketika berhaji atau umrah, mengunjungi tanah suci. Meski, setiap sudut yang ada di bumi adalah bumiNya Allah, maka sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memuji ciptaanNya.
Manusia memang yang membuat tempat-tempat indah yang ada di bumi ini, tapi Allah lah yang memampukan mereka. Allah lah yang mengizinkan itu semua terjadi. Untuk tetap menjadikan setiap perjalanan ini bermakna, mungkin kita perlu mengaitkannya dengan kuasa Allah di dalamnya. Sebenarnya apa yang nampak di hadapan manusia adalah indah-indahnya saja. Ada perjuangan, pengorbanan, keletihan, kemampuan untuk bersabar, kepasrahan, dan pengambilan keputusan yang tidak mudah di dalamnya untuk mencapai langkah-langkah itu.
Dalam perjalanan ini sebenarnya saya belajar tentang arti kesempatan dan atas izin dari Allah. Jangan mudah menyerah dan berburuk sangka dengan diri sendiri. Apalagi berburuk sangka terhadap kemahaluasan Allah. Kadang kala kita selalu mendahului takdir Allah, padahal ada hikmah luar biasa di dalamnya ketika kita melalui hidup ini apa adanya. Apa adanya yang saya maksud di sini bukan tentang kita berpangku tangan dan tidak berbuat apa-apa. Kita tetap memiliki target, tetapi ketika itu tak berjalan mulus maka lalui saja setiap jalan yang dibentangkan di hadapan kita. Bukan menggurutu dan mengutuk takdir.
Pada akhirnya setiap kesulitan akan kita lalu dengan hati yang lapang. Jika kita selalu menganggap bahwa apapun yang terjadi dalam hidup kita itu ada dalam rencana Allah. Maka nikmati saja setiap peran hidup kita sambil bersandar kepadaNya. Kesempatan itu adalah rezeki maka saya berbaik sangka kepada Allah bahwa ini bagian dari rencana terbaikNya untuk saya. Semoga.
Sebagai seorang muslimah, saya tetap beranggapan bahwa setiap perjalanan itu baiknya ditempuh dengan mahram. Maka, jika itu bisa kalian wujudkan maka beruntunglah. Saya dan teman perjalanan kali ini akhirnya setuju bahwa perempuan memang butuh laki-laki untuk mengayomi dan melindungi. Bukan untuk menyaingi. Betapa rempongnya kami berdua dengan barang-barang. Bukan pula berarti kami tidak kuat. Ada keadaan ketika level tenaga itu sudah seharusnya dibagi dan diistirahatkan, tetapi kita tetap memaksakan. (Ini bukan bermaksud baper hehe).
Mungkin saya termasuk orang yang tidak setuju kalau peran laki-laki dan perempuan itu bisa dibalik. Saya tetap menyadari kondisi fisik dan jiwa setiap laki-laki dan perempuan sudah diatur sedemikian rupa sesuai kadar dan kodratnya. Tidak usah dibolak-balik. Hikmah perjalanan kali ini pun mengajarkan, perempuan dan laki-laki itu saling membutuhkan dan melengkapi. Perempuan tetap butuh dilindungi. Tetapi, jika kalian masih sendiri tetap bersyukur dengan keadaan masing-masing. Sekali lagi, syukuri setiap kesempatan yang Allah berikan.
Paris-Amsterdam, 16 November 2016
0 komentar:
Posting Komentar