Ada 7 golongan orang yang akan dinaungi Allah yang pada hari itu tidak ada naungan kecuali dari Allah; salah satunya ialah seseorang yg hatinya selalu terpaut dengan masjid ketika ia keluar hingga kembali kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mungkin lebih dikhususkan kepada laki-laki. Tapi, saya sedikit ingin bercerita tentang hati yang terpaut di Masjid. Setahun yang lalu, ketika saya baru tiba di Melbourne, saya langsung mencari komunitas-komunitas yang mungkin bisa menjaga agar hati saya tidak kehilangan ruh. Ketakutan saya kadang muncul ketika di sebuah negeri, saya tidak menemukan tempat-tempat yang bisa mengingatkan saya kepada Allah. Maka, ikutlah saya ke pengajian subuh di Masjid Westall bersama teman kala itu, ketika kami masih satu kosan. Kebetulan ada tetangga yang setiap minggu subuhnya rutin ke pengajian pagi ini. Maka kami pun dengan senang hati ikut. Meski isinya adalah ibu-ibu semua.
Satu semester itu berjalan dengan baik. Saya rutinkan untuk ke masjid tiap minggu pagi, kecuali kalau tidak ada yang ditebengi. Saya juga menyempatkan ikut halaqah-halaqah di kampus atau di luar kampus. Pokoknya setiap ada majelis ilmu, saya akan datangi. Meskipun itu jauh, saya usahakan untuk datang. Semester berikutnya, saya sudah tidak pernah lagi ke masjid. Salah satunya karena kesibukan (ah, alasan). Teman ke masjid juga sudah tidak ada, karena dia pulang kampung dan pindah kosan setelah itu. Tapi, saya tiba-tiba berefleksi. Kenapa keadaan saya waktu itu tenang, teratur, dan setiap urusan Alhamdulillah lancar. Di akhir semester, nilai saya juga bagus. Saya sangat puas.
Semester selanjutnya, saya akui sudah jarang lagi mengikuti halaqah ilmu selain halaqah pekanan bersama teman-teman. Saya jelas mengalami penurunan kualitas ibadah. Semangat belajar saya agak menurun. Jadwal saya tidak teratur seperti semester sebelumnya. Pengelolaan waktu saya menjadi buruk. Akhirnya dibuktikan dengan nilai di akhir semester yang tidak sebagus sebelumnya. Kok, tiba-tiba saya mengaitkan adakah semua itu terjadi dipengaruhi oleh kondisi iman saya? Jujur, di kedua semester itu, saya bisa menilai sendiri keadaan diri saya.
Maaf jadi curhat. Tapi, sebenarnya yang ingin saya sampaikan adalah saya selalu kagum kepada lelaki yang hatinya terpaut di masjid. Sungguh, kalau kalian menemukan orang seperti ini. Kalian termasuk yang beruntung. Sangat langka orang seperti ini. Apalagi kalau kalian menemukannya di tempat yang memang masjid itu sangat langka. Seperti di luar negeri mungkin. Saya jadi teringat nasehat kawan saya. Katanya orang soleh itu sedikit! Jadi, kawan-kawan kalau mau cari pendamping hidup, cari yang hatinya selalu terpaut di masjid ya!
Jumuah Mubarak!!!
Melbourne, 9/9/16
0 komentar:
Posting Komentar