Hari ini saya menghadiri pengajian bulanan LPDP Victoria. Temanya tentang peran pemuda dalam Islam. Saya tidak begitu mencatat isi kajiannya. Tetapi, saya berefleksi apa yang sudah saya lakukan untuk agama ini. Allah sudah memberikan saya banyak kesempatan dan nikmat yang cukup banyak yang tidak bisa dirasakan oleh banyak orang lain seperti menuntut ilmu di luar negeri.
Saya akui ini semua datangnya dari Allah, bukan semata-mata hasil usaha saya. Alangkah sombongnya saya, jika menganggap ini semata-mata usaha dan kerja keras saya. Sesungguhnya peran Allah besar di dalamnya. Tetapi, terkadang sebagai manusia biasa, kita melupakan kewajiban-kewajiban kita termasuk kewajiban kepadaNya. Mungkin terkadang saya sibuk mengejar impian-impian dunia saya dan lupa terhadap apa yang sesungguhnya ingin saya persembahkan untuk din ini. Potensi apa yang bisa saya sumbangkan untuk kemuliaan agama ini. Saya merasa begitu jauh dari orang-orang yang hidup dan matinya itu untuk amar ma'ruf nahi munkar.
Apalagi jika menilik sejarah bagaimana pemuda-pemuda Islam bergerak menyelamatkan peradaban. Sebut saja sahabat rasul, Usamah Bin Said, dia adalah panglima perang termuda, pada usia 18 tahun telah memimpin kaum Muslimin melawan Romawi. Atau Muhammad Al Fatih, pada usia 21 tahun telah berhasil menaklukkan Konstantinopel. Jika mereka pada usia tersebut telah sanggup mengatur pasukan besar, bagaimanalah saya yang mungkin terkadang mengatur diri sendiri saja masih susah.
Al-wajibat aktsaru minal awqat (kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang tersedia). Saya lupa siapa yang mengatakan ini. Tetapi, ini semacam kata bijak orang Arab. Betapa banyak yang harus kita lakukan sementara waktu tidak cukup. Oleh karenanya kita butuh manajemen waktu. Kita perlu mengatur waktu dengan baik. Saya pun merasa ini kelemahan saya. Saya masih terus belajar mengatur hidup saya. Ada berapa banyak hal-hal mubah yang saya lakukan? Yang tidak ada manfaatnya untuk peningkatan kualitas iman dan amal saya. Sudah bermanfaatkah saya untuk orang lain?
Saya menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. Kampung kita sesungguhnya adalah akhirat. Tugas kita sebagai khalifah, yang tidak hanya bertugas untuk menjadikan dunia ini menjadi tempat yang lebih baik, dengan potensi akal dan diri kita masing-masing, tetapi juga ada visi akhirat di dalamnya. Bahwa semuanya ditujukan untuk menggapai ridha Allah. Potensi kita berbeda-beda. Tapi, semua potensi itu adalah modal untuk memakmurkan dunia ini menjadi tempat yang lebih baik, mewujudkan peradaban yang agung. Semoga potensi-potensi itu kita kerahkan dan menjadi jalan untuk memasuki surga Allah. Aamiin.
1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS Al 'Ashr: 1-3)
Melbourne, 4 September 2016
0 komentar:
Posting Komentar