Lorong Gelap


Seseorang seperti kita hanyalah bagian kecil dari mata air peradaban. Kalau ada seseorang yang hatinya seputih salju dan sejernih air di pegunungan, itu adalah Lelaki Teragung. Seseorang lain hanya berusaha menyamai dan meneladani kisah sucinya. Kita adalah manusia yang selalu tak bisa menjamin dirinya dalam putaran orbit menuju tempat tertinggi, bernama surga.

Kadang-kadang kita seperti debu-debu yang berterbangan. Kadang seperti air yang mengalir. Kadang seperti daun yang mempersiapkan diri dijatuhi hujan. Setenang-tenangnya hidup seseorang, ia tak akan pernah lepas dari pedihnya berharap dan meminta.

Untuk sampai ke puncak atau tujuan, seseorang seperti kita harus menemui celah sempit bernama ujian. Celah dengan potensi pahala yang bergunung-gunung. Kita pun dihadiahi simpul-simpul sujud yang mengikat doa. Membebaskan setiap keluhan. Menuju takdir terbaik.

Kelak jika kamu menemukanku dalam lorong-lorong gelap, hatiku pasti tak tenang. Pikiranku mungkin kacau. Efek dosa yang tak lagi bisa kuinderai. Maka bisikkanlah sesuatu yang baik yang bisa kukenali, pelan-pelan. Karena sesungguhnya kita tak bisa hidup sendiri meski dikeliling cahaya-cahaya terang.

Photo credit: Maslihatul Bisriyah

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.