Be the Real Intellectual Muslim


Oleh: Bulqia Mas’ud

Marhaban Ya Ramadhan. Mengawali agenda kampus di bulan ramadahan ini ialah berdatangannya para calon intelektual muda di kampus merah. Gedung registrasi mulai dipadati dari tanggal 1-12 Agustus 2011. Tidak begitu spesial. Hanya saja kedatangan mereka disambut dengan bulan penuh berkah. Bulan emas generasi muslim untuk semakin meningkatkan kualitas pribadi, baik secara akademis maupun amal ibadah. Yang diharapkan kelak lahir sosok mahasiswa dan ilmuwan muslim yang mampu menjawab tantangan zaman serta berkontribusi dalam mewujudkan perubahan Indonesia.
Gelar mahasiswa bukanlah gelar biasa. Mahasiswa sering identikkan dengan agen perubahan, social control dll. Mahasiswa adalah sosok intelektual yang berperan penting dalam mewujudkan kebangkitan ummat. Mahasiswa adalah masa-masa emas yang penuh semangat, kritis, cerdas, dan memiliki waktu dan ruang gerak yang cukup leluasa untuk menjalankan kerja-kerja produktif. Namun sayang banyak yang tidak menyadari peran strategis ini. Masih ada saja mahasiswa yang masih terbelenggu dengan prasyarat akademis yang hanya bermanfaat untuk individunya semata tanpa berusaha mengubah apa yang ada di sekelilingnya. Mereka hanya terfokus untuk mengejar ilmu yang kelak dapat digunakan untuk meraih kemaslahatan pribadi berupa popularitas maupun kekayaan.
Dalam pandangan islam, ilmu dan penemuan yang dihasilkan oleh intelektual muslim harus dapat berguna untuk kemaslahatan ummat. Ilmu tidak dipandang sebagai komoditas yang hanya memuaskan pribadi secara materi. Ilmu itu lebih tinggi kedudukannya. Allah telah mengatakan dalam firman-Nya bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Dengan jalan itu, mereka bisa tergolong para pewaris surga.
Intelektual muslim adalah generasi ulul albab yaitu generasi yang memiliki kecerdasan intelektual dan akademis serta menghubungkannya dengan nilai-nilai ilahi atau nilai-nilai spiritual. Mereka tidak mendahulukan rasionalitas daripada nilai-nilai spiritual. Seharusnya para intelektual muslim saat ini berpikiran lebih cemerlang untuk mengawal perubahan bangsa ini. Jangan terkunkung oleh sistem kehidupan yang hanya mengarahkan kita untuk mengejar materi semata. Ummat semakin sengsara dengan lahirnya sosok-sosok intelektual yang hanya mampu menjadi pekerja bukan pemikir. Mereka tidak bergerak membangkitkan. Tapi, justru semakin memperkuat posisi kapitalisme di negeri tercinta ini.
Mari kita gunakan disiplin ilmu kita masing-masing untuk mewujudkan kemaslahatan ummat. Para mahasiswa ekonomi hendaknya melahirkan sebuah rumusan baru mengenai ekonomi islam. Bukan mereka yang hanya terpukau dengan teori ekonomi kapitalisme. Salah satu contohnya “Keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya” dan sistem riba yang semakin melaratkan Indonesia. Para mahasiswa hukum tidak juga terbelenggu dengan konsep hukum yang katanya warisan dari Belanda. Lahirkanlah sebuah pembanding baru yakni hukum islam. Begitu pula disiplin ilmu lain, utamanya ilmu-ilmu sosial yang hampir sebagian besar referensinya berasal dari barat. Lahirkanlah sebuah solusi baru. Solusi lama namun asing. Islam. Demikian pula untuk mahasiswa exact, temukanlah rahasia-rahasia tersembunyi yang telah dikabarkan Allah dalam Al Qur’an dan hadis. Untuk menghasilkan teknologi atau penemuan baru yang tidak bermuara pada kepentingan riset asing. Jadikanlah riset-riset tersebut untuk kemaslahatan ummat.
Berikut ini adalah kriteria seorang penuntut ilmu dalam islam yang insya Allah akan menjadikan kita seorang pemikir muslim yang tangguh menantang zaman:

1. Bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu (Q.S. 3:7)
2. Mampu memisahkan yang haq dan yang batil (Q.S. 5: 100)
3. Kritis dalam mendengar pembicaraan, pandai menimbang teori, ucapan, preposisi, dan dalil yang digunakan (Q.S. 39:18)
4. Menyampaikan ilmunya untuk memperbaiki masyarakat dan memberi peringatan kepada masyarakat (Q.S. 14:32)
5. Tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah swt.(QS. 65:10)

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.