Powerless

Saya benar-benar tersadar bahwa belum seberapa yang saya lakukan untuk memperjuangkan agama Allah. Sementara nikmat Allah tak pernah behenti Dia curahkan kepada saya. Kalau ada yang bilang kenapa saya hanya bisa bicara. Ya, karena itulah yang bisa saya lakukan. Kadang dada ini pun hanya bisa sesak. Otak ini seperti ingin pecah. Mulut tak bisa berkata apa-apa. Betapa banyak orang yang menistakan risalah rasulullah yang besusah payah dan bersakit-sakitan beliau perjuangkan, hingga dilempari, dicaci maki, difitnah. Bersama para sahabat yang siap mengorbankan waktu, harta, bahkan nyawa hingga tegaknya dinul islam. Maka pantaskah saya diam? Umat ini rusak. Jauh dari agamanya sendiri. Kadang kalau sudah sangat muak. Dan tak ada yang bisa saya lakukan. Maka saya hanya bisa menulis. Mungkin saya hanya bisa menulis berpuluh-puluh puisi. Ya, kalau hanya itulah yang bisa saya lakukan. Memang puisi saja tak pernah akan bisa cukup untuk mengubah keadaan. Lalu saya mau berbuat apa? Saya tak punya kekuasaan. Kalau pun saya punya kekuasaan, saya mungkin bisa menggunakannya untuk melanjutkan apa yang diperjuangkan rasulullah bersama para sahabat. Tapi itu sangat tidak mudah. Memimpin diri sendiri saja, perjuangannnya luar biasa. Seorang pemimpin memang tidak main-main pahalanya. Tapi, tidak main-main juga resikonya. Pemimpin itu ibarat satu kakinya di surga, satu kakinya di neraka. Mereka akan bertanggung jawab apa-apa yang dipimpinnya. Kalau ada sesuatu yang berjalan tidak beres, tidak adil, melanggar syariat dll. maka segala tanggung jawab akan lari ke pemimpin. Ini bukan hanya skala negara, tapi juga organisasi. Maka apa yang menghalangi kita untuk bersungguh-sungguh menebarkan islam di tengah-tengah komunitas yang kita pimpin. Termasuk memimpin diri sendiri. Mohon ampun segalanya ya Allah!!!

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.