Bagaimana cara mengetahui bahwa dia adalah jodoh yang baik untukmu?
Baik yang pacaran apalagi yang tidak pacaran, masalah jodoh tetaplah misteri. Yang berpacaran pun belum tentu tahu bahwa pasangannya sekarang adalah jodoh terbaik. Karena biasanya, hubungan seperti ini penuh kepalsuan. Mereka selalu menampilkan kebaikan dan menyembunyikan sisi-sisi negatifnya. Kita belum bisa mengenal seseorang sampai kita hidup bersama.
Melalui tulisan ini, setidaknya saya akan mencoba memberi tips bagaimana mengetahui apakah dia cocok untukmu. Tetapi kamu harus ingat kata Khalil Gibran, bahwa cinta itu bukan lahir dari perkenalan yang lama tetapi kecocokan jiwa.
Baik yang pacaran apalagi yang tidak pacaran, masalah jodoh tetaplah misteri. Yang berpacaran pun belum tentu tahu bahwa pasangannya sekarang adalah jodoh terbaik. Karena biasanya, hubungan seperti ini penuh kepalsuan. Mereka selalu menampilkan kebaikan dan menyembunyikan sisi-sisi negatifnya. Kita belum bisa mengenal seseorang sampai kita hidup bersama.
Melalui tulisan ini, setidaknya saya akan mencoba memberi tips bagaimana mengetahui apakah dia cocok untukmu. Tetapi kamu harus ingat kata Khalil Gibran, bahwa cinta itu bukan lahir dari perkenalan yang lama tetapi kecocokan jiwa.
"Jangan
kau kira cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang
tekun. Cinta adalah kesesuaian jiwa dan jika itu tak pernah ada, cinta
tak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan abad." - Khalil Gibran-
Nah bagaimana kamu bisa mengenal kecocokan jiwa ini? Kenali visi dan misi si dia. Semakin sama visimu, semakin mungkin kamu berjodoh. Saya akan mulai dengan kisah saya.
Sejujurnya saya mengenal suami sudah bertahun-tahun lamanya. Tapi tidak pernah ada komunikasi dan kontak. Kalau dari versi saya, saya bertemu pertama kali di acara English Corner di TVRI Makassar. Waktu itu saya jadi bintang tamu karena baru pulang dari Amerika, sekitar pertengahan 2011. Dan jreng..jreng dia adalah presenternya 😜 Impresi saya waktu itu, "Ini orang kok cerewet banget ya😏" Haha.. Tapi wajarlah pembawa acara memang harus cerewet. Dan ternyata si suami tidak ingat momen itu😒. Lalu, versi dia. Katanya kita bertemu pertama kali di acara reuni sesama alumni beasiswa Amerika di salah satu mal di Makassar. Dan saya tidak ingat sama sekali kejadian tersebut 😅.
Saya jadi ingat kutipan tulisan saya di buku Musim Penantian, "Bisa jadi jodoh serupa itu, ada kisah kita yang beririsan di masa lalu." Dan betul itu terjadi dalam diri saya 😇. Saya dan suami memang punya irisan di masa lalu.
Waktu berlalu. Sampai pada akhirnya kita bertemu kembali di grup WA LPDP LN Makassar tahun 2015. Waktu itu si suami memperkenalkan diri karena baru jadi awardee. Sementara saya tinggal menghitung hari berangkat ke Melbourne. Duh kayak kenal orang ini. Dan akhirnya aku sapa. Waktu itu entah kenapa seperti sudah kenal lama padahal baru ketemu face to face sekali doang. Singkat cerita, sampailah takdir mempertemukan kami di kota Melbourne 2016-2017.
Nah, kita lanjut pembahasan tadi. Kami memang taarruf seperti orang pada umumnya, tukar biodata dengan perantara ustadz, tapi saya sudah kepo tentang visi orang ini. Saya menemukan kesamaan banyak hal dari cara kita memandang sesuatu. Saya tidak perlu berkompromi tentang pemikiran-pemikirannya. Bagaimana dia memandang sesuatu, begitu pula saya memandangnya. Itu dari perspektif saya sih, entah apakah dia merasa sevisi dengan saya 😂. Mungkin sederhananya, tidak banyak hal yang dipertentangkan. Saya pun berpikir, mungkin Tuhan menjodohkan saya dengan suami karena alasan-alasan di atas. Semakin sama visimu, semakin mungkin kamu berjodoh.
Sejujurnya saya mengenal suami sudah bertahun-tahun lamanya. Tapi tidak pernah ada komunikasi dan kontak. Kalau dari versi saya, saya bertemu pertama kali di acara English Corner di TVRI Makassar. Waktu itu saya jadi bintang tamu karena baru pulang dari Amerika, sekitar pertengahan 2011. Dan jreng..jreng dia adalah presenternya 😜 Impresi saya waktu itu, "Ini orang kok cerewet banget ya😏" Haha.. Tapi wajarlah pembawa acara memang harus cerewet. Dan ternyata si suami tidak ingat momen itu😒. Lalu, versi dia. Katanya kita bertemu pertama kali di acara reuni sesama alumni beasiswa Amerika di salah satu mal di Makassar. Dan saya tidak ingat sama sekali kejadian tersebut 😅.
Saya jadi ingat kutipan tulisan saya di buku Musim Penantian, "Bisa jadi jodoh serupa itu, ada kisah kita yang beririsan di masa lalu." Dan betul itu terjadi dalam diri saya 😇. Saya dan suami memang punya irisan di masa lalu.
Waktu berlalu. Sampai pada akhirnya kita bertemu kembali di grup WA LPDP LN Makassar tahun 2015. Waktu itu si suami memperkenalkan diri karena baru jadi awardee. Sementara saya tinggal menghitung hari berangkat ke Melbourne. Duh kayak kenal orang ini. Dan akhirnya aku sapa. Waktu itu entah kenapa seperti sudah kenal lama padahal baru ketemu face to face sekali doang. Singkat cerita, sampailah takdir mempertemukan kami di kota Melbourne 2016-2017.
Nah, kita lanjut pembahasan tadi. Kami memang taarruf seperti orang pada umumnya, tukar biodata dengan perantara ustadz, tapi saya sudah kepo tentang visi orang ini. Saya menemukan kesamaan banyak hal dari cara kita memandang sesuatu. Saya tidak perlu berkompromi tentang pemikiran-pemikirannya. Bagaimana dia memandang sesuatu, begitu pula saya memandangnya. Itu dari perspektif saya sih, entah apakah dia merasa sevisi dengan saya 😂. Mungkin sederhananya, tidak banyak hal yang dipertentangkan. Saya pun berpikir, mungkin Tuhan menjodohkan saya dengan suami karena alasan-alasan di atas. Semakin sama visimu, semakin mungkin kamu berjodoh.
Jadi, saran saya, kamu perlu kepo sedikit tentang visi dan misinya. Bisa melalui pertanyaan langsung, perantara, atau gunakan skil kepo di medsos 😆. Tetapi, ini tidak boleh dijadikan pegangan. Karena mungkin saja ada orang sudah merasa visi dan misinya sama tetapi belum berjodoh. Meski saya selalu melihat di sekitar saya, teman-teman, senior-senior dan junior-junior yang pada akhirnya berjodoh karena memang memiliki visi dan misi yang sama. Tidak banyak hal yang dipertentangkan. Benar kan?
Tulisan
ini bukan bermaksud mengabaikan akhlak dan agama ya. Karena karakter
tidak seperti visi yang bisa disamakan. Karakter perempuan dan lelaki
pasti berbeda. Tapi, saya berusaha mencari ruang kesesuaian yang bisa
kita bayangkan akan seperti apa menjalani kehidupan ke depan.
Mempelajari visi dan misi calon pasanganmu sangat mungkin mendatangkan
kecocokan yang kamu harapkan.
Selanjutnya, jangan pernah lupa, istikharah adalah cara meminta yang paling indah. Jika memang semakin didekatkan Insyaallah dialah jodoh terbaik. Tetapi, jika semakin dijauhkan, mungkin belum berjodoh. So, kenali baik-baik visi si dia ya 😉
Selanjutnya, jangan pernah lupa, istikharah adalah cara meminta yang paling indah. Jika memang semakin didekatkan Insyaallah dialah jodoh terbaik. Tetapi, jika semakin dijauhkan, mungkin belum berjodoh. So, kenali baik-baik visi si dia ya 😉
Ramadan Day 4, 1439 H
Ditulis dalam perjalanan Polewali-Majene 😅
Hari minggu tetap mengajar demi kebahagiaan mahasiswa yang mau cepat-cepat pulkam.
photo credit: Maslihatul Bisriyah
Ditulis dalam perjalanan Polewali-Majene 😅
Hari minggu tetap mengajar demi kebahagiaan mahasiswa yang mau cepat-cepat pulkam.
photo credit: Maslihatul Bisriyah
0 komentar:
Posting Komentar