Semua pasti sudah paham bahwa pernikahan adalah
ibadah. Siapa yang tidak ingin menikah akan dipertanyakan penghambaannya. Saya
pikir semua orang yang normal memiliki niat untuk menikah meski belum tahu
kapan waktunya. Kalau akhir-akhir ini kamu sering mendengar frase “nikah muda”
mungkin karena istilah ini lagi tren. Apalagi di kalangan perempuan dan lelaki
yang lagi semangat-semangatnya belajar agama atau mungkin yang baru saja hijrah.
Alhamdulillah ini sebenarnya adalah kecenderungan yang positif. Banyak yang
sudah tercerahkan untuk tidak pacaran.
Hanya saja niat menikah muda tetap perlu diperhatikan
kembali. Saya juga bukan menentang nikah muda. Tapi, esensi nikah muda
seolah-olah telah menjadi tren yang memprovokasi bukan mengedukasi. Sekarang
cukup menjamur muslim dan muslimah yang ngebet nikah muda. Saya tidak tahu
apakah ini karena akun-akun di sosial media yang cukup masif mengampanyekan ini.
Apalagi beberapa selebgram yang terus-menerus mempromosikan kemesraan. Sehingga
banyak orang yang mudah baper berjamaah hehe. Ada yang baru aja hijrah, baru aja
mulai belajar islam sudah kepengen nikah muda. Ada yang masih SMA sudah mulai
kepikiran tentang nikah. Padahal pernikahan tidak sesederhana itu.
Sejauh ini saya setuju dengan kampanye kesadaran
tentang haramnya pacaran dan nampaknya berhasil.
Banyak orang yang sudah sadar tentang negatifnya pacaran, selain karena itu
dosa. Tapi tidak pacaran bukan berarti solusinya selalu nikah muda. Menikah
bukan tentang tersalurnya perasaan saja, bukan tentang perasaan dan cintanya yang
sudah halal, bukan tentang bahagia dan indah-indahnya saja. Menikah itu butuh
ilmu. Butuh persiapan. Butuh kematangan mental, finansial dsb. sebab ujiannya
besar. Kematangan finansial maksud saya di sini bukan harus semapan-mapannya, tapi
keyakinan diri sudah mampu menafkahi.
Tren nikah muda hendaknya jangan diprovokasi.
Ajaklah para remaja, muda mudi untuk berpikir lebih holistik tentang menikah.
Fokus terhadap edukasinya. Bagaimana mempersiapkan diri sebelum menikah. Agar
remaja lebih fokus mengisi penantiannya dengan bercita-cita tinggi, melejitkan
potensi diri. Menambah ilmu terutama ilmu agama. Memikirkan tentang masalah
umat, melakukan aktivitas bermanfaat, dan fokus cari duit (terkhusus
laki-laki😅). Bukan
buru-buru pengen nikah karena tak sabar untuk segera pacaran setelah nikah.
Melegalkan perasaan dsb. Semoga niat seperti ini bisa diluruskan. Jika
sekiranya ingin menikah muda tolong luruskan niatnya karena Allah, jangan ikut-ikutan
tren. Jangan hanya karena provokasi.
Menikah itu anjurannya memang disegerakan tapi
bukan berarti tergesa-gesa. Bukan cepat-cepat menikah tapi menikahlah ketika
siap. Jika kamu menggunakan istilah bersegera, kamu akan berupaya untuk
menambah ilmu dan kesiapan karena kamu ingin memantaskan diri dulu sebelum memasuki kehidupan pernikahan. Kamu tidak
fokus pada dorongan biar segera halal. Karena motifnya bisa berbeda. Kamu
berniat menikah karena perintah Allah dan Rasul-Nya, karena ibadah. Jika
seperti itu, kamu menggunakan potensimu untuk meningkatkan kapasitas keilmuan,
agama, psikologi, dan finansial.
Nah, kesiapan seseorang ini tentu berbeda-beda.
Ada yang menikah muda karena mereka memang telah memiliki bekal yang cukup.
Usianya boleh sangat muda tetapi mereka telah siap, matang, dan dewasa baik
secara keilmuan dan finansial. Saya sendiri dan suami bukan termasuk orang yang
menikah muda. Bahkan usia kami sepertinya sudah melewati batas ideal usia
rata-rata orang ingin menikah. Mungkin kami termasuk orang yang menikah ketika telah
siap atau sudah sangat layak haha. Atau jodohnya baru dibukakan pada usia itu 😊. Saya lebih setuju jika kita menggunakan
frase “menikahlah ketika siap.” Jika kamu telah benar-benar siap, usia muda
bukan lagi penghalang.
Jika kita menikah ketika telah siap, kita tidak
lagi terkejar-kejar dengan zona waktu orang lain. Kita punya harapan-harapan
tersendiri kapan memutuskan ingin menikah. Ketika kita menikah karena sudah
siap, kita tentu punya banyak bekal memasuki kehidupan rumah tangga. Meski
sebenarnya kesiapan itu tergantung cara kita menjalani kehidupan.
Mungkin kecenderungan orang Indonesia ingin
menikah pada usia 23-27 bagi perempuan, dan 25-30 bagi lelaki. Bahkan banyak yang lebih
muda. Apakah usia itu adalah usia yang tepat? Saya tidak bisa memberi
pembenaran. Karena setiap orang punya pengalaman hidup masing-masing dan kita
tidak bisa menilai mengapa seseorang cepat atau lambat menikah. Setiap orang
punya harapan dan kisah hidupnya. Semoga setiap pilihan hidup kita dilandaskan
karena perintah agama. Semoga kamu memutuskan berumah tangga karena memang
telah siap untuk menikah. Mari kita pelajari lagi makna kesiapan. Karena rumah tangga
adalah perjalanan panjang yang membutuhkan banyak ilmu. Sampai sekarang pun saya masih merasa kekurangan ilmu berumah tangga.
Jadi kapan waktu yang tepat untuk menikah? Yup,
jika kamu sudah siap. Segeralah berusaha. Temukan jalan dimana jodoh itu bisa
datang 😊
“Dan segala sesuatu
Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.”
(QS. Adz Dzariyat: 59)
Ramadan Day 11, 1439 H.
Photo credit: Maslihatul Bisriyah
0 komentar:
Posting Komentar