Kita Hidup untuk Belajar


Kalau kita memaknai hidup untuk belajar, maka semestinya tak ada alasan untuk berhenti mencoba. Meski kegagalan demi kegagalan, keputusasaan, dan ketidakpercayaan diri sering kali menyelimuti pikiran kita.

Kadang di suatu masa, kita ingin berhenti saja, kita menganggap diri ini tidak mampu menyamai orang-orang yang telah lebih dulu menekuni dunia yang disukainya. Mereka lebih mumpuni dan telah sukses di bidangnya. Sementara kita masih merangkak dan tak jelas arah kemana akan memberikan manfaat dan kontribusi. Kita masih mencari-cari jati diri dan konsep diri akan seperti apa kita ingin dikenal.

Satu hal yang selalu membuat kita bersemangat, bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar. Keinginan untuk terus-menerus belajar, memperbaiki kesalahan, kembali merangkai mimpi adalah kekuatan agar kita bertahan. Orang-orang yang rendah hati adalah orang yang akan terus belajar tidak peduli seburuk atau sehebat apa karyanya. Orang yang hebat sekalipun tak akan mengutuk orang yang masih belajar. Karena setiap orang menjalani prosesnya masing-masing. Menjalani "time zone" yang berbeda-beda.

Justru yang paling buruk adalah ketika kita sudah kehilangan harapan, kemauan, dan semangat. Kita tak lagi ingin belajar karena merasa rendah diri dan tak pandai-pandai atau selalu gagal. Inilah racun yang paling berbahaya menjangkiti pikiran manusia. Mengutuk dirinya lebih dulu. Hingga alam bawah sadarnya menggerakkan mindanya untuk selalu berpikir negatif. Seolah-olah takdir tak berpihak padanya.

Janganlah mengutuk diri dan berputus asa dengan ketidakjelasan masa depan. Atau ketidaktahuan untuk menggapai kesuksesan yang diinginkan. Setiap orang memiliki zona waktunya masing-masing. Jangan pernah berhenti belajar. Karena hidup adalah tentang belajar, belajar, dan belajar. Tentang berproses menjadi lebih baik, bukan mengejar kesuksesan tanpa makna.

Melbourne, 28 April 2017  

📷 @tutystarlet

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.