Satu hal yang paling sulit untuk dijaga adalah keimanan. Kadang-kadang keadaan akan membawa kita pada sebuah persinggahan dan sulit untuk menjaganya agar tetap dalam keadaan baik. Dan hal tersebut menjadi tanda bahwa setan masih bekerja. Bekerja dengan sangat baik. Tidak ada yang mengetahui kondisi jiwa kita kecuali diri kita sendiri. Untuk meraih cinta Allah memang butuh perjuangan. Persembahan apa yang kita berikan untukNya jika bukan amal soleh. Amalan-amalanlah yang akan mempengaruhi keimanan. Maka benarlah iman bertambah dengan kebaikan, dan berkurang dengan kemaksiatan.
Istiqomah itu mahal. Apalagi
dalam kehidupan saat ini. Saat maksiat benar-benar mengelilingi umat islam. Di
lingkungan sekitar kita mungkin lebih banyak orang yang tidak istiqomah
terhadap islam. Jangankan istiqomah, mengenal islam yang sesungguhnya saja
belum. Tontonan di televisi yang mayoritas tidak mendidik adalah salah satu
penyebab lepasnya satu persatu keping keimanan yang berusaha seseorang jaga. Di
kehidupan nyata pun kemunkaran adalah sesuatu yang lazim. Ditambah lagi, hanya sedikit
sekali orang-orang yang berani amar ma’ruf nahi munkar. Kebenaran itu
benar-benar sulit untuk diserukan, maka sungguh tepatlah hadiah yang diberikan Allah untuk para penyeru kebenaran, mereka adalah orang-orang yang layak mendapatkan dunia dan seisinya, lebih baik daripada onta merah. Onta termahal saat itu.
Orang yang mencintai Rasulullah
bukanlah mereka yang merayakan kelahiran beliau dengan tradisi-tradisi yang
kadang menghilangkan esensi mengenang Rasullullah. Yang mencintai itulah yang
mengikuti apa yang beliau sampaikan, lakukan, bahkan diamkan. Rasulullah jauh
sebelumnya pernah bersabda, "Bersegeralah beramal sebelum datangnya
rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki
di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman
dan pagi menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia."
(HR. Ahmad)
Hadis tersebut sebenarnya
mengingatkan kita bahwa istiqomah itu butuh perjuangan. Kita diperintahkan untuk segera beramal, beramal, dan terus beramal baik untuk mencegah datangnya fitnah itu. Sebenarnya kita bisa mengetahui
ukuran kondisi iman kita, apakah meningkat atau menurun. Hanya saja kita sering
lupa untuk mengembalikan keadaan itu ke posisi semestinya. Kita terlanjur
terlena dengan keadaan-keadaan yang menyenangkan. Itulah mahalnya istiqomah. Di
era rasulullah dan para sahabat saja kondisi seperti ini melanda kaum muslimin
apalagi di era kita, manusia akhir zaman dimana fitnah dunia begitu banyak. Hiburan-hiburan
yang tidak berkualitas seperti konser-konser musik, tayangan komedi, sinetron-sinetron,
film-film vulgar serta tempat-tempat hiburan seperti tempat bernyanyi dan karaoke-an,
pusat perbelanjaan, benar-benar menawarkan kenikmatan dunia.
Saat kita sudah mengetahui
keadaaan lingkungan dan dunia yang kita huni, muslim yang baik pastilah wara’ (berhati-hati)
dengan hal yang sia-sia untuk membentengi keimanan dan menjaga keistiqomahan. Kita
semua berlindung kepada Allah dari segala hal yang membuat kita seperti
seseorang yang beriman di pagi hari, kemudian sore hari telah kafir seperti
hadis di atas. Kita adalah makhluk yang lemah. Oleh karena itu jangan putus asa
meminta kepada Allah agar ketika bangun hingga tidur kembali kita dalam keadaan
mukmin.
Di tempat inilah jiwaku tercenung dalam,
Sedang pertanyaan dan hasrat menganggu pikiran
Jiwaku berutat pada momen-momen dan
sadar pada kehidupan dan keabadian.
Sumber mata air mengalir.
Namun aku begitu jauh, dan kering.
(*Penggalan puisi Muhammad Iqbal di Prolog Bumi, dalam bukunya Javid Nama.)
Polewali, 14 Januari 2014
Nice post, Qia.
BalasHapusReminding.
Btw, your blog design looks calm and beautiful.
Sukaaa... :)
thanks kak Aida.. that's why I love it, it's soft n calm, looks fresh n simple hehe.. fyi, url-ku ganti bukan yg dulu :)
BalasHapusThanks qia... Keep Istiqomah sist, saling mndoakn, semoga besua nanti d surga... amin
BalasHapus