My Blog is Back
Mengelola Takdir
Tapi apakah ada peluang untuk mengubah takdir yang 'tidak mungkin' diubah dalam pandangan manusia? Jawaban atas pertanyaan ini mungkin bukan logika yang terbatas. Meskipun dalam pengetahuan saya yang juga terbatas masih perlu usaha untuk mendatangkan sebab akibat. Jawaban yang paling mungkin adalah keyakinan. Kita memiliki believe system yang diarahkan oleh Kitab Suci. Dalam Al Qur'an, orang beriman adalah orang yang yakin akan segala ketidakmungkinan yang bisa dinalar logika.
Yakin dan percaya adalah bentuk penghambaan tertinggi bahwa segala sesuatu bisa berubah sekejap atas kehendak Tuhan yang kita tidak tahu waktunya. Segala ketidaktahuan itu adalah bentuk iman kepada Allah bahwa banyak sekali yang tidak kita ketahui. Apa yang membuat kita hendak berjalan dalam ketidaktahuan itu adalah proses percaya. Imanlah yang punya gerakan untuk menembus keterbatasan dan ketidaktahuaan manusia. Tapi keyakinan saja tidak cukup. Doa adalah penghantar apakah keyakinan itu bisa menjadi kenyataan. Lagi-lagi doa adalah sebuah misteri yang rahasia keterkabulannya beyond our limit. Allah hanya memberikan kepastian, siapa yang berdoa pasti akan Kukabulkan.
Jika tidak yakin, maka peluang kepastiannya juga berkurang. Derajat keyakinan tentu saja menjadi precausal untuk mengubah takdir, sedalam atau seberapa kuat keyakinan itu. Meski ini sangatlah gaib, ada banyak kemustahilan yang benar terjadi yang terbukti dalam catatan sejarah. Persoalan keyakinan ini memang tidak mudah karena akan selalu bertabrakan dengan logika manusia yang selalu ada jawabannya. Sementara masalah keyakinan adalah jauh ke depan yang tidak ada jawaban pastinya. Keterwujudannya mungkin bisa diukur dengan seberapa beriman dan bertakwa manusia. Siapa yang menolong Allah, maka Allah akan menolongnya. Banyak sekali janji Allah dalam ayat-ayatnya. Tinggal kita mengambil sikap, mau yakin atau tidak, mau berubah atau tidak.
picture credit: https://www.gardeningknowhow.com/
Pikiran Positif VS Pikiran Negatif
Berdamai dengan Waktu?
Apakah kalian percaya istilah waktu bisa menyembuhkan segalanya? Awalnya, saya percaya bahwa kita bisa berdamai dengan waktu. Kadang-kadang kita jadikan waktu adalah pembelaan. Seringkali kita berucap setiap usaha ada waktunya, setiap rezeki ada waktunya. Jodoh, sekolah, pekerjaan, kesuksesan atau apapun pencapaian lain, kita anggap linier dengan waktu yang telah ditentukan. Seolah-olah waktu adalah penyembuh segala ketidakberhasilan kita, segala penundaan itu, dan segala masalah yang belum selesai.
Tenang dalam Ujian
Mungkin ada 4 tahapan agar dirimu bisa tenang menghadapi segala ujian hidup. Pertama adalah sabar, kedua adalah memaafkan, termasuk memaafkan dirimu sendiri yang tidak sempurna. Ketiga, adalah ridho (kerelaan hati) dalam bahasa psikologinya, accepting, tidak lagi denying. Kamu menerima segala hal yang tidak bisa kamu kontrol. Lalu, berusaha mengubah apa yang bisa kamu kontrol. Keempat adalah ikhlas. Ikhlas adalah emosi tertinggi. Katanya mudah diucapkan, tapi sulit sekali dilaksanakan. Kamu menerima segalanya dengan perasaan yang tak lagi terbebani. Kamu justru merasa semua yang menimpamu ada maksud baiknya dan itu pasti baik untukmu. Kamu melakukan sesuatu bukan karena manusia, tetapi karena Allah SWT. Kamu bahkan tidak butuh lagi pujian dan validasi dari orang lain. Yang terpenting bagimu adalah berbuat sebaiknya - baiknya untuk mendapat ridho-Nya.
Sedih itu Wajar
Mungkin kita perlu memahami bahwa setiap orang itu punya kisah pilunya masing-masing. Kita berdiri hingga sekarang ini karena melewati masa lalu yang mungkin tidak mudah. Orang-orang melalui perjuangan yang berbeda dan berliku. Dan tidak layak kita hakimi, dia lebih beruntung karena terlihat sangat bahagia dan populer.
Dunia Sementara, Akhirat Selamanya
Tidak ada orang yang akan bahagia jika ia memusatkan hatinya pada dunia. Semua yang indah di depan mata seperti jurang. Katamu, jika hati terpusat pada kekekalan akhirat, maka dunia menjadi lebih kecil, lebih tidak bermakna. Kita akan berhati-hati pada setiap pilihan yang mungkin menguji.