Aku menulisnya ketika langit dalam keadaan
tidak gelap. Cahaya silih bergantian memenuhi langit dengan suara khas
menyerupai dinamit. Tahun sudah berganti. Rumah seolah-olah tertelan
suara-suara ledakan dari atas sana. Dan aku sangat tidak menikmatinya.
Aku tidak menyangka akan sampai pada titik
dalam perjalanan ini. Aku memulai jejak di sini pada tanggal 26-28 Desember 2008.
Tidak terasa sudah lima tahun berlalu. Ia seperti cahaya fajar yang menunjukkan
jalan akan datangnya cahaya harapan yang kunanti-nanti. Forum Lingkar Pena, kita
sepakat bertemu di rekah Desember saat matahari melewati hari-hari tak
ramahnya. Seperti pada tahun 2013 yang baru saja berlalu ini, di tempat yang sama, Bantimurung.
Aku telah melalui perjalanan paling tua di
keluarga ini. Aku hampir lupa bahwa akulah penghuni terlama di antara mereka. Kulihat
senyum adik-adik merekah. Kuharap senyum itu adalah pertanda mereka menanti
dihujani jutaan untaian kata dari lubuk hati para senior. Dan kuharap
mereka menginginkan titik-titik cahaya memutihkan wajah mereka.
Disini, kita tidak sekadar berkumpul
merangkai kisah. Tapi kita akan memecahkan masalah paling serius. Masalah keimanan.
Bisa jadi kita adalah sekumpulan cahaya yang diharapkan menerangi sisi gelap
sekitar. Sesudah kembali bermuhasabah bersama Kak Gegge di tepi kolam renang
sore itu, bahwa kita berbeda dari komunitas lain. Kita membawa nama FLP. Kita
adalah kunang-kunang di kegelapan.
Desember kali ini, keluarga kita berkumpul
lagi dalam sentuhan gerimis-gerimis yang nampak lebih indah apabila kau melihatnya
tepat di aula itu. Gerimis yang berpadu dengan pemandangan pegunungan karst
sebagai latarnya. Hijau yang indah. Allah memberikan petunjuk untuk
mengenali-Nya melalui titik-titik alam yang dihamparkan di semesta. Air terjun,
pegunungan karst, kerajaan kupu-kupu adalah sejumlah titik-titik alam di Bantimurung.
Tempat FLP kali ini melahirkan keluarga baru.
Hal yang unik kali ini, aku bertemu Shafiyah
Zakiyah seorang peserta yang membawa serta anaknya. Dia seorang remaja muslimah,
ibu muda, baru berusia 18 tahun. Anaknya bernama Asiyah berusia 10 bulan, peserta
ToWR termuda. Di usia yang masih belia, dia melampaui kami semua dalam hal
kedewasaan. Dan panitia hanya bisa tercengang melihat seorang remaja menimang
bayi sambil berusaha menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan pemateri. Luar biasa.
Sehabis hujan di bulan Desember. Tak
ada pelangi kali ini. Tapi ukhuwah kita seperti cahaya yang berasal dari
kaca prisma. Aku selalu suka FLP. Kita selalu punya tradisi yang berbeda. Kata Mbak
Afifah Afra, “Itulah kenapa saya betah di FLP, karena FLP memiliki tradisi-tradisi
khas.” FLP punya ruh. Ia memiliki garis edar tersendiri yang ketika orang memasukinya, ia
akan merasakan bahwa mereka berada di suatu tempat yang unik bernama FLP.
Selamat
datang keluarga baru!
Semoga kalian betah.
Makassar, 1 Januari 2014
Rasanya ingin terus menjadi bagian keluarga ini. :)
BalasHapusWah, ku sukax :-)
BalasHapusSaya terharu membacanya, kak.
BalasHapus:)
@Dikpa: semoga istiqomah @Rahma: Alhamdulillah. Kita sama2 memetik hikmah @Khaeriyah: Mari saling mengingatkan untuk menulis untuk kebaikan
BalasHapus