Fluktuasi

"Bila kita tidak sibuk dalam urusan akhirat, maka kita akan sibuk dalam urusan dunia" 
-Someone-

Setiap orang ingin berubah, memperbaharui kualitas hidupnya, baik dari segi dunia maupun akhirat. Berkenalan dengan berbagai macam karakter manusia, tercelup ke lingkungan yang berbeda-beda, tentu saja akan mempengaruhi cara kita berpikir dan bersikap. Meskipun sebenarnya Allah telah menganugerahkan kita sebuah "device" yang tidak diberikan kepada hewan. Manusia memiliki akal yang dapat ia gunakan untuk berpikir, menyeleksi apa yang baik maupun buruk bagi dirinya. Pada faktanya, sekuat apapun pemahaman yang ada dalam "device" itu, faktor eksternal akan mampu menghapus apa yang telah kita pahami. Sebut saja kita telah mengaji islam, ada beberapa hal baik dan buruk yang sudah kita hafal di luar kepala. Mana yang sesuai hukum syara' atau tidak. Semuanya sudah kita pahami. Tapi apakah itu pasti akan membentengi diri kita dari hal-hal sia-sia, maksiat kecil bahkan besar. Tidak. Inilah kekuatan faktor "X" yaitu lingkungan membentuk perilaku manusia. 

Keimanan berfluktuasi. Ia akan meningkat dengan amal saleh, dan menurun dengan kemaksiatan. Beruntunglah orang-orang yang selalu didekatkan kepada cahaya. Allah menegurnya ketika mereka tengah lalai. Dalam keadaan seperti itu Allah membuktikan keberadaan kasih sayangnya yang tidak pernah berubah. Untuk bisa mempertahankan keimanan yang stabil, kita memang harus dikelilingi sesuatu yang baik, yang senantiasa mengingatkan kita kepada Allah swt. Makanya, kita perlu memperhatikan apa yang kita sibukkan. Jika kita tidak sibuk dalam urusan akhirat, maka kita akan sibuk dalam urusan dunia. 

Kesibukan dunia yang berlebihan, perlahan akan melemahkan hubungan kita dengan Allah. Hal ini akan mempengaruhi keimanan yang berusaha kita jaga. Akhirnya, tidak sadar bahwa kita sudah melenceng dari orbit dimana idealnya kita berada. Kita lalai. Perbuatan yang sia-sia bahkan kemaksiatan mulai biasa kita lakukan, bahkan perasaan bersalah ketika melakukan kemaksiatan tersebut perlahan memudar. Ini bisa terjadi kepada siapapun. Untuk itulah ruh itu penting. Setiap kita melakukan aktivitas keduniaan, ruh harus tetap dihadirkan, keterikatan dengan Allah. Bahwa apa yang kita lakukan diniatkan semata-mata karena Allah. Menghadirkan Allah di segala aktivitas kita. Tentu saja ini tidak berlaku ketika aktivitas yang dilakukan adalah sebuah kesalahan. Tetapi, kalau kita berbuat salah atau dosa, maka ampunan Allah selalu terbuka, Istigfar dan bertaubat.

Kitalah yang mengetahui bagaimana waktu kita dihabiskan. Jika cenderung sibuk dengan aktivitas dunia, kita harus selalu ingatkan diri sendiri untuk tetap sibuk dengan urusan akhirat. Bagaimanapun kesibukan kita mempengaruhi fluktuasi keimanan. Maka sibuklah kepada yang mendekatkan kita kepada Allah swt.

Makassar, 1 November 2013



0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.