Be The Light

I find this song motivating popularized by OneOkRock from Japan. I first knew the band from Ruruoni Kenshin Live Action's original soundtrack. I thought it was western band because the vocalist's pronunciation was like that of a native. Even though the song was sung by a non-muslim, but the message is still universal. The song is full of inspirations. It tries to motivate us to keep moving on, to be better. It encourages us to look for light even to be the light, because there is always light ahead.

Sometimes, in this life we don't know where to go. We perceive imbalance. The right path is clear but it is onerous to pursue it. Nonetheless, we are still sure that the light will guide us. Perhaps, so many inflictions we felt, so many trespasses we made, however there are always hopes to change, to be better and wiser because Allah never leaves us. Yesterday's night turns to light. Tomorrow's night returns to light. And we become the light.


Institusi Keluarga dan Pendidikan Anak


Didiklah anakmu 25 tahun sebelum ia lahir
(Imam Al Ghazali)
Anak adalah titipan Allah swt. Seseorang bisa mendapatkan kemuliaan surga berkat doa anaknya. Mereka pun bisa dihadiahi mahkota di surga berkat hafalan al Qur’an anaknya. Masalah mendidik anak tidak boleh diabaikan. Bahkan kata Imam Al Ghazali, kita sebaikanya mendidik anak 25 tahun sebelum ia lahir. Maksud perkataan tersebut adalah yang pertama kali harus dididik adalah siapa yang kelak menjadi orang tua. Calon orang tualah yang semestinya mempersiapkan diri untuk melahirkan anak-anak yang cerdas dan bertakwa.
Institusi pendidikan pertama yang dimasuki oleh anak adalah keluarga. Oleh karena itu orang tua harus mengetahui pola pendidikan yang baik untuk anaknya. Islam telah memiliki solusi untuk mendidik anak. Semasa dikandung, orang tua terutama ibu diperintahkan banyak berdoa untuk keselamatan anaknya. Pasca lahir, anak dibacakan azan dan iqamat, ditahnik, diberikan ASI dan sebagainya. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa menerapkan cara islami tersebut berpengaruh terhadap kecerdasan dan kepribadiannya. Belum lama ini tim peneliti dari Universitas Auckland menemukan bahwa anak prematur jika disisipkan sesuatu yang manis di dalam mulutnya (langit-langit atau pipi) saat lahir akan mencegah kerusakan otaknya (http://www.bbc.co.uk/news/health-24224206). Apatah lagi jika diberikan kepada anak yang normal. Ini adalah bukti ilmiah tentang hikmah men-tahnik bayi pasca lahir.
Saat mereka lahir ke dunia maka yang pertama kali mereka kenali adalah ayah dan ibunya. Orang tualah yang berperan sebagai guru. Ibu mendapat peran yang lebih utama. Ibarat perusahaan, ibulah yang menjadi manajernya. Anak akan mencermati tindakan yang dilakukan oleh orang tuanya. Mereka akan memperoleh banyak contoh dari ayah dan ibunya. Jika institusi keluarga rapuh, keluarga kurang bisa memberikan pendidikan yang baik, maka jangan salahkan jika anaknya terjerumus ke hal-hal yang tidak diinginkan. Sekarang sangat banyak tontonan bahkan aksi-aksi yang membuat anak-anak kita dewasa sebelum waktunya. Kebanyakan tidak mendidik, seperti acara goyang “Cesar” yang bahkan menyuruh anak-anak kecil tampil berjoget ria. Kita tidak bisa menghentikan tayangan-tayangan tidak mendidik tanpa bantuan pemerintah. Kita juga tidak bisa menutup diri dari lingkungan sekitar yang variatif. Maka peran orang tua di sini sangat penting. Bagaimana mereka menerapkan pola yang baik dalam mendidik anak-anak mereka untuk menghadapi lingkungan yang sangat dinamis.
Para orang tua semestinya bekerja sama untuk menciptakan institusi keluarga yang kondusif. Oleh karena itu, mereka terlebih dahulu harus berilmu. Yang pertama dan utama adalah mereka harus memiliki pemahaman agama yang baik. Sekolah tidak akan bisa menggantikan pola pendidikan yang diterapkan keluarga. Karakter dan kepribadian seorang anak lebih banyak dipengaruhi oleh didikan orang tuanya. Para orang tua harus bekerja sama bagaimana melindungi anak-anak mereka dari serangan liberalisme barat. Apalagi kehidupan sekarang, dimana dominasi barat sangat besar, membuat sistem sosial kemasyarakatan amburadul. Sebagian besar lingkungan luar rumah kita dilingkupi oleh budaya hedonistik. Nilai-nilai islam dikikis hingga pada struktur terkecil masyarakat, yaitu rumah tangga. Jika di rumah lingkungan sudah buruk, apalagi ditambah dengan lingkungan kita yang sekuler sangat berpotensi untuk menjadikan anak-anak jauh dari nilai-nilai islam.
Ada baiknya orang tua mengambil pelajaran dari Ali bin Abi Thalib dalam mendidik anak mereka. Menurut Ali bin Abi Thalib ra, ada 3 fase dalam mendidik anak. Pada usia 0-7 tahun, usia 7-14 tahun, dan usia 14 tahun ke atas.
Pada 7 tahun pertama, yakni usia 0-7 tahun, posisikan anak sebagai raja. Curahkan sebanyak mungkin kasih sayang. Ajak bermain sesering mungkin. Berikan banyak perhatian. Pada fase ini, otak mereka mengalami perkembangan yang signifikan. Mereka banyak menyerap informasi. Mereka harus lebih banyak bersama ayah dan ibunya, terutama ibu. Usahakan pengasuhannya jangan diserahkan kepada baby sitter, tempat penitipan anak atau nenek. Tetapi bukan berarti juga kita menutup dirinya dari lingkungan luar. Intinya, mereka tidak lepas dari perhatian ekstra dari kedua orang tuanya.
Pada 7 tahun kedua, yakni usia 7-14 tahun, posisikan anak seperti tawanan perang. Maksudnya adalah  ajari mereka untuk disiplin. Tahap ini adalah masa penanaman sikap. Mereka akan memasuki usia baligh. Mereka sudah harus mengerti mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang diperintahkan agama, mana yang dilarang agama. Orang tua sebaiknya memberikan pemahaman bahwa setiap pilihan ada konsekuensinya. Berikan sanksi ketika melanggar, dan berikan reward ketika berhasil melakukan sesuatu yang baik. Rasulullah berpesan agar kita menyuruh anak shalat pada usia 7 tahun dan boleh memukul anak dengan cara-cara tertentu jika pada usia 10 tahun, mereka tidak mau sholat.
Pada 7 tahun ketiga, yakni di atas usia 14 tahun ke atas, posisikan anak sebagai sahabat. Fase ini anak mulai memasuki usia baligh. Telah terjadi perubahan fisik dan emosional pada anak. Mereka hendaknya diperlakukan sebagai orang dewasa. Orang tua memposisikan diri sebagai teman yang bisa diajak curhat. Dengarkan segala curhatan mereka, baik itu masalah sekolah, masalah teman dan lawan jenis, pilihan pendidikan yang akan ditempuh dll. Pada fase ini orang tua hendaknya memberikan pemahaman akan pentingnya terikat dengan hukum syara’. Sehingga setiap tindakan yang diambil dalam mengelola masalah kehidupannya berdasarkan pertimbangan hukum syara’. Orang tua memberikan pemahaman bahwa setiap perbuatan yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Oleh karena itu, mereka dituntut untuk mengelola kehidupannya sesuai aturan agama.
Pendidikan keluarga adalah pendidikan sepanjang hayat. Pengalaman kehidupan sehari-harinya diperoleh dari ajaran dan contoh dari orang tuanya. Keluarga menjadi benteng yang dapat melindungi anak-anak dari serangan negatif yang berasal dari luar. Keluarga pula yang berperan besar menanamkan nilai-nilai islam dalam keluarganya. Sebagaimana rasulullah yang memerintahkan kita agar kita berdakwah dulu di kalangan keluarga sebelum keluar. Tetapi pendidikan anak tidak akan sempurna dalam asuhan keluarga saja. Pada akhirnya mereka akan bersekolah di sekolah umum, universitas dll. Mereka akan bergaul dengan masyarakat luas. Anak akan menjadi generasi selanjutnya dan berperan dalam proses mengelola kehidupan. Oleh karena itu sangat dibutuhkan anak-anak yang cerdas, bertakwa dan memiliki skill dalam mengatur tatanan kehidupan ini agar sesuai aturan Allah. Institusi keluarga tidak akan sanggup untuk melahirkan generasi yang berakhlak mulia tanpa diimbangi oleh institusi negara. Negara wajib menerapkan sistem sosial kemasyarakatan yang terlindungi dari nilai-nilai sekularisme dan liberalisme atau serangan-serangan negatif lainnya. Negara wajib memberikan pendidikan yang berkualitas yang berdasarkan aturan Sang Pencipta. Wallahu ‘alam.

Writing Is Like Sowing Seeds

You don't have to worry when writing something good with virtuos intention. If your writing is not being published, it can be "amal jariyah" for people reading it. This quote still magnifies my spirit to never stop writing. Lately, I lose my confidence. I might start from zero again. I really miss my writing published on media. I paid attention to my juniors in organization. They are great. They even write better than me. They write productively. Their writings have often been published on media. 

I just looked at my writings in my blog. I smiled. At least, I still write. It is better than never, right? Someone said writing is like sowing seeds. The seeds could be blown by the wind and they are spreaded and grow somewhere. When you write and let your writings be seen by people, you are like sowing seeds. Your writings could be read by many people. They can grow in people's mind and heart. They even can change peoples' demeanor and viewpoint. My last message is to never stop writing even though they are rejected by media.


Ibuku

Mungkin tidak ada yang lebih indah dari nasihat-nasihat dari bibir ibu
Ketika suhu cuaca selalu memanaskan tubuh hingga naik ke ubun-ubun
Kata-kata yang keluar dari bibir lembut ibu adalah kesejukan
yang mengalahkan semilir angin di musim dingin

Ibuku,
Kau lebih indah dari taman bunga yang semerbak wangi
Kau lebih manis dari madu yang kucicipi kemarin
Sayangku untukmu terlalu kecil jika hanya kutuangkan dalam puisi
Dan seribu kata dalam puisi tak sanggup mengungkap
Rasa sayang itu

Ibuku,
Jauh sebelumnya, ketika kau mendoakanku
Anakmu mungkin seperti petir yang bergemuruh,
Padahal kau menawarkan hujan.

Jumud


Yesterday, we held two trainings of motivation in masjid Syuhada Polewali. I was very excited because that was the first big agenda I made since my halaqoh was moved in Polman. First, Training of Sakinah Family held on morning in which the participants were most from married women, whereas actually that should have been joined by adult people being ready to get married. The second was training of reading interest and writing held on afternoon. The participants came from teenagers, students and university students. Some teachers also joined this agenda. The second agenda was little bit disappointed. Just few people came. 

I observed the society do not too interested in to join kinds of activities related knowledge improvement. Two days before this agenda, I went to some governmental office and schools to socialize this agenda. I did not see the curiosity of civil servants to join it, even the teachers did not show great enthusiasm. They just said that it was good. In fact, none of them attended this training. My friends also did not come. Some of them had promised me to come. In reality, it was the same, none of them came. I was disappointed. The enthusiasm was very low. It might be called "jumud", the stagnation of thinking. Averagely, people nowadays are lazy to think. It definitely needs hard working to make the hopes come true.

I just want to make my hometown blessed by Allah swt. I want to see the society have great intrusiveness to improve their islamic knowledge and other skills. With knowledge, people will think creatively to make some improvements to their regency. I hope someday Allah opens the peoples' heart to learn more about islam, to add their skill, to get involved in various beneficial activities. Of course, to make it better needs wholehearted efforts from experienced people. Good society will bring good development of their region.

A Coincidental Meeting

"Dunia hanya seluas daun kelor"

Have you ever heard the Indonesian proverb above? It was so popular proverb. I am sure that you definitely know it. Sometimes we meet people in a certain condition that we never presume it previously. I always experience that condition. Recently I experienced it twice when I was invited to bring writing materials. I met my friends, exactly two juniors of mine in FLP when I attended a journalism training of my friends' local organization  and when I was invited to improve writing skill of children in short islamic study held by IPM Gowa.

I was excited about doing it. I veritably want to share my experience and knowledge as much as I can, although I realise my less capability. My friend, Boeharto, invited me to present fiction material in the journalism training of his local organization, IKM Manggarai Barat. It was Muslim Family Community of Students' coming from Nusa Tenggara Timur. The agenda was held on January, 26 2014. Surprisingly, I met Rahma, a board of FLP UNM. She was my moderator when I presented essay topic in ToWR 6. I just knew Rahma that she took her senior high school precisely islamic boarding school in Makassar, but I never thought before that she is originally from NTT. There is no any sign at all. That time she was also appointed by the committee to be my moderator. That's was really coincidental meeting. We never expected it before.

Next agenda, I met Ismi (the chairperson of FLP UNM) in short islamic study (pesantren kilat) held by IPM Gowa on February, 1 2014. I was invited by Fahmi, one of ToWR 6's alumni. He asked me to bring writing material to children, to encourage them telling their experiences in a writing. Unexpectedly, I met Ismi. That time I was in a room to prepare my presentation. I saw a girl with a green scarf passed through in the crowd of participants starting to have lunch. However, I was not really sure that she was Ismi. Then, I asked a committee whether she was ismi or not, but she did not know. 

I would make sure by myself. I opened the curtain and saw Ismi was sitting while eating her lunch. She smiled at me. She approached me while brought her lunch near me. We were laughing and we teased each other. We never presume that we would meet there. She was also invited to bring material about "to love reading". ~Dunia memang seluas daun kelor~

February, 4 2014

Ibu

Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir – bibir manusia.
Dan “Ibuku” merupakan sebutan terindah.
Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa.
Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dikala lara, impian kita dalam rengsa, rujukan kita di kala nista.
Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapa pun yang kehilangan ibunya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa merestui dan memberkatinya.
Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu. Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya.
Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian.
Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya. Pepohonan dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian.
Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud.
Penuh cinta dan kedamaian.

~ Khalil Gibran ~
Diberdayakan oleh Blogger.