Saya tengah berbincang-bincang dengan teman di suatu hari untuk istirahat pada lelah. Hari minggu. Biasalah obrolan kita selalu berbeda dengan obrolan orang lain. Seperti obrolan orang-orang yang selalu susah tetapi tak pernah lupa berucap syukur atau obrolan-obrolan yang penuh kritikan atas realitas apa saja yang butuh dikritik, tentang sisi kehidupan kami yang menyedihkan tapi selalu indah pada waktunya. Akhir-akhir ini selama pekan literasi FLP Unhas berlangsung, saya selalu menjargonkan kalimat “Indah pada waktunya”. Betapa bersyukurnya aku, karena aku melihat Kecintaan Allah terhadapku. Ya, Allah sangat menyayangiku…sangat menyayangiku. Biasanya kami juga memainkan imajinasi sebagai sebuah solusi yang mungkin solutif, alternatif, dan sedikit nyeleneh. Dan tak lupa sedikit tertawa untuk merilekskan pikiran.
Tiba-tiba HP saya berdering. Kuterima sebuah sms. Sms itu berbunyi begini:
“Di antara sekian cerita dalam “Aji Bello” sy senangi tulisan Anda. Kemampuan Anda melukiskan kegerahan Trmnl Daya cukup intens. Ada luka kemanusiaan di suasana itu. Sayang sekali, Anda tidak menggarap ending dg baik. Slmt Brkarya n salam (pengamat sastra)”
Usai kubaca sms itu, senangnya bukan main… ini sms pertama dari pembaca yang sudah membeli buku kami (Aji Bello). Tapi, aku juga tertawa koq bisa cerita yang sesederhana itu cukup dinilai apik. Aku tidak percaya kalau itu benaran dari seorang pengamat sastra. Aku curiga kalau dia hanyalah seorang teman yang mencoba bermain iseng. Pikirku seperti itu.
Lalu kubalasa dengan sederhana, tak meninggikan dia sebagai seorang pengamat sastra.
“Sebenarnya cerpen itu telah terbit di Fajar sebelumnya, jadi endingnya terkesan dipaksakan, mengikuti syaratnya yang gak boleh lebih dr 4 hlm. Jadi kuputuskan untuk mengkhirinya seperti itu”
Lalu dia membalas lagi
“Sebaikx penulis tdk blh tunduk pd jmlh hlm. Bg sy,tlsn Anda itu hrs mndpt porsi lbh utama. Syg editor bk itu gak cermat”
Lalu saya balas lagi
“Iya sy tahu. Tapi, tulisan ini mmang sprt itu sejak terbit di Fajar. Bukan editor buku yg gk cermat, tp tulisan yg ada mmg sprti itu, menyesuaikan kemauan Fajar. Klu boleh tw sp nama Anda?”
Saya masih berpikir kalau dia mungkin seorang teman yang bermaksud iseng kpd saya. Jadi tak pernah menganggap kalau dia benar seorang pengamat sastra.
Lalu dia membalas lagi,
“Anda mgkin tdk kenl siapa sy. Anda blum lhir ktk sy mnjadi pgmat n sstrwn di Sulsel. Hidup sy trlunta di sbuah kabptn yg lbh 100 km dr Mks, tapi setiap ada buku sstra baru trbt sll sy bc.”
Membaca balasannya itu, saya sedikit percaya kalau dia memang bukan orang yg bermaksud iseng. Mungkin sj dia memang seorang pengamat sastra.
Lalu saya membalas lagi untuk memastikan apakah dia memang seorang yang sudah matang dalam dunia sastra
“Kalau boleh tahu, umur Anda berapa?”
“Umurku? Sekedar Anda tau, mhsw sy dulu adlh Nundingram, Fahmy Syarif n Nurhayati Rahman. Tax salah satux bhw siapa mntan dosenx yg saat ini memilih mningglkn kmpus n kmbli rebah di atas pematang yg basah”
Melihat smsnya itu saya kaget. Saya jadi berpikir, dugaanku mungkin salah. Mungkin dia benar seorang pengamat sastra yang sudah senior seperti yang dibahasakan di smsx. Mengutip kalimat “pematang yg basah” bukankah itu menunjukkan sawah. Berarti sekarang dia menjadi seorang petani. Betapa menyedihkannya menurutku. Akhirnya saya mencoba lebih hormat kepadanya. Menyapanya dengan sapaan ‘Bapak’.
“Sy seorang mhasiswa Unhas jurusan sastra inggris. Apa Bapak pernah mengajar di Unhas? Trus kebtulan skli Pak, kmi mw mngadkan bedah bku Aji Bello. Kalau bs Bpk jd pmbedahx. Apalagi bpk termasuk org yg cukup ahli dlm dunia sastra.”
Dia membalas lagi
“Ha ha ha, trims. Sy jg brhrp ktmu dg cln sstrwn potnsl spt Ananda. Bedah buku sdh lm sy tggalkn. Memang sih baxk undgn, tp sy sdh tua. Getah kesastraan sy tdk lg mnggigit, skdar mnggeliat jk ada sntuhan realits dr wilayah imajinasi. Dulu sy dipinjam olh Unhas utk megang mt kuliah ‘filsafat seni dan kajian sstra’, tp sy mndur di th 86 krn kampg hlmn sy lbih mmbutuhkn sy.”
Saya jadi penasaran siapa orang ini. Dia tidak mau mengungkap identitasnya. Lalu saya memancing lagi siapa tahu dia mau memberitahu sedikit identitasnya.
“Oh ya, kalau blh tau nama Bapak siapa, trus dri daerah mana. Siapa tahu kita sedaerah.”
Ia malah membalas
“Kalo sy britau nm dan kmpg sy mk obsesi imajinatif ananda ttg diri sy akan brakhir. Yg jls kt tdk sekmpg, sy di selatan ananda di utara. Biarlah sy mnjdi ‘Pengamat Misterius’ bg ananda, hgga kt brtmu di satu momen, entah kpn n di’ mn.”
Ah, saya memutuskan untuk mengakhiri perbincangan itu. Tp memang masih menyimpan misteri. Misteri apakah dia memang benar seorang Bapak yang sudah tua atau seseorang yang berusaha berkamuflase. Menurutku sms terakhirnya aneh. Apalagi di kalimat terakhir. Aneh saja, gak pantas menurutku.
SMS DARI PEMBACA “AJI BELLO”
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Diberdayakan oleh Blogger.
misterius...........
BalasHapusselamat yah......