Buaian tak lagi mesra, dengan kecup lembut bibir mereka
Ketika realitas menjamahi mimpi
Goyah terusik merdu oleh manisnya peradaban palsu
Kulihat gejolak terasa samar dan pasaran
Tak ada lagi satu teriakan untuk sebuah kebenaran
Tenggelam dalam kebatilan pragmatis oleh beribu suara
Ketika semuanya terasuk, terendam,
dan terlelap oleh jamuan malam yang kelabu
Aku berdiri di badai hujan malam ini
Bukan untuk menjauh dari perjamuan panjang itu
Tapi mencoba merasakan dingin menusuk tulang bersama angin mengiris kulit
Tak bisakah mereka merasakan gelagat sama ribuan orang di luar sana
Ketika menelan ludah untuk melegakan dahaga
Atau memungut bekas untuk mengganjal perut
Atau melipat tubuh tanpa tikar atau atap
Bukan malah meludeskan kertas berharga yang tak berharga
Untuk sebuah perjamuan yang mubadzzir
Biarlah orang berkata…
Karena aku memang orang malam yang selalu membicarakan terang
Dan aku memang orang tenang yang menentang kemenangan oleh pedang
Jangan tanyakan pada hujan yang turun malam ini
Dan jangan pula tanyakan kenapa ia berhenti
Hujan akan tetap ada menemani tidurku yang tak pernah tenang
Makassar, Kamis, 04 Maret 2010
Pukul 00.25 WITA
Sajak di Malam Hujan
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar