Sabar adalah cahaya



Dua hari berturut-turut saya menghadiri sebuah diskusi menarik dan cukup unik yang dipelopori oleh salah satu senior saya di organisasi. Kenapa unik? Diskusi ini bertujuan agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara. Ketika berbicara, setiap orang wajib mendengarkan kita dengan baik. Tidak boleh ada sikap saling membantah. Setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah. Dalam diskusi ini kami membicarakan sesuatu yang sederhana yang kadang manusia tinggalkan. Kita lebih banyak membahas tentang pengembangan dan refleksi diri. Segala sesuatu harus dimulai dari diri sendiri.

Sistemnya, salah satu orang mempresentasikan sebuah materi dan yang lainnya mendengarkan dan menambahkan. Saya merasa seperti seorang filsuf atau sufi ketika melakukan diskusi tersebut. Seolah-seolah kita semua adalah orang yang bijak. Apa yang keluar dari mulut setiap orang adalah desah kebijakan. Semuanya berjalan soft, pelan, dan menyentuh. Inilah yang mungkin hilang dari diskusi-diskusi yang saya hadiri. 

Hari Selasa tanggal 23 September kita sedang membicarakan tema sabar dan keesokan harinya kita membahas perihal syukur. Tidak ada yang istimewa sebenarnya tentang sabar dan syukur. Secara bahasa maupun terminologis orang-orang mungkin sudah mengetahuinya. Tapi yang kita inginkan bagaimana agar sifat sabar dan syukur ini teraplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Saya mulai dengan kata sabar. Secara sederhana sabar adalah menahan diri atau mengendalikan diri. Sabar adalah cahaya, begitu kata rasululullah. Mungkin butuh penafsiran para ulama untuk mengetahui dengan jelas maksud rasulullah menyandingkan kata sabar dan cahaya. Seolah-olah sabar adalah petunjuk untuk melakukan sebuah kebenaran. Saya berpendapat bahwa dengan kesabaran seseorang akan meminimalisir hawa nafusnya. Dia akan bersabar tentang hal-hal yang ia pahami tidak boleh dilakukan. Begitulah kesabaran akan mengurangi tindak kemaksiatan. Mungkin saja sabar dan hawa nafsu adalah oposisi biner, bagai keping mata uang yang tak bisa dipisahkan. Sabar adalah solusi nyata dari hawa nafsu yang menggebu-gebu. Banyak orang yang ingin kaya mendadak, tidak sabaran, maka jalan yang ia tempuh adalah menuruti hawa nafsunya misalkan dengan korupsi. 

Sabar tidak hanya diam tapi berjuang. Kita menemukan cara untuk keluar dari masalah itu. Misalkan ketika kita dizalimi, ya memang kita harus bersabar. Tapi, upaya sabar kita tidak berarti pasrah dan siap ditindas. Kita harus mengupayakan sebab akibat agar masalah itu terselesaikan. Kita harus berikhtiar untuk terbebas dari musibah yang mungkin kita hadapi.

Level kesabaran setiap orang berbeda-beda sesuai pemahamannya. Ada orang yang beranggapan ketika sedang menunggu macet reda, kemudian ia mengumpat mungkin saja saat itu ia tidak tahu bahwa keadaan itu menunjukkan ketidaksabarannya. Setiap orang sepertinya diberikan naluri untuk mengekspresikan emotional feeling-nya, ilmulah yang mengarahkan apakah emosi itu terfasilitasi dengan benar atau tidak. Sabar itu semestinya menemukan kedamaian. Seorang yang sabar akan merasa damai. Tidak ada perasaan kacau, galau dalam hatinya. Ia selalu tenang dan berperasaan positif. 

Di Amerika pernah dilakukan penelitian longitudinal (penelitian dari tahun ke tahun) beberapa anak diberikan marshmallow. Mereka menyebut penelitian ini dengan tes Marshmallow. Tes ini diberikan kepada anak-anak yang berusia empat tahun dengan memberikan suatu tantangan yang menggiurkan bagi mereka. Peneliti mengajukan semacam pilihan kepada anak-anak tersebut. Jika mereka mau menunggu peneliti sampai menyelesaikan tugasnya, maka masing-masing mereka akan diberi dua bungkus marshmallow (sejenis permen) sebagai hadiah. Tetapi jika mereka tidak mau menunggu, mereka akan diberi sebungkus, dan mereka akan memperolehnya saat itu juga.

Beberapa tahun kemudian, anak-anak yang bersabar lebih sukses dari anak-anak yang memakan marshmallow saat itu juga.  Hal ini menandakan, jika kita mau bersabar untuk sesuatu yang lebih baik, maka hasilnya akan lebih baik. Berbeda dengan tindakan tergesa-gesa yang menuruti hawa nafsu. Jadi, kesuksesan juga bisa diraih dengan kesabaran.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.