:: Kepada seorang sahabat,
meminjam judul cerpennya.
Seperti sebuah kendaraan yang
melaju di lalu lintas. Kita harus berhenti pada lampu merah. Di sini, ada ruang
untuk mimpi-mimpi, harapan-harapan, dan cita-cita. Kita tidak boleh silau oleh
cahaya yang sebenarnya api. Sedikit saja kita menyentuhnya akan terbakar. Seperti
katamu.
Berhati-hatilah. Acuhkan buku
bersampul yang di dalamnya tersimpul kata-kata manis. Dan bersyukur Allah masih
membukakan jalan untuk tidak terjatuh pada lubang yang sama. Benar, sejarah tidak
boleh dilupakan begitu saja. Kalau orang bilang, masa lalu tinggallah masa
lalu. Tapi bagiku masa lalu adalah sebuah kekuatan. Masa lalu sangat berharga.
Mengajarkan kita untuk menemukan jalan dan cara lain untuk tidak terjatuh pada
lubang yang sama. Mungkin kita akan belok, berjalan di pinggir atau melangkahi
lubang itu. Mengikatnya dalam kata bijak, akan membawa hikmah. Dan kata-kata
berhikmah akan mencahayai bumi.
Kupikir semua ada masanya. Saat itu
kendaraan berhenti pada lampu hijau. Saat seluruh keadaan akan siap tanpa kau
memintanya. Allah akan mengirimkan kejutan-kejutan yang sama sekali tidak kita
duga sebelumnya. Dan kita harus siap dengan kejutan itu. Apapun atau siapapun,
itulah kiriman terindah dari Allah. Kita hanya butuh banyak belajar. Lampu merah
adalah alarm pemberhentian untuk mengingatkan kita agar lebih banyak berkarya
dan berarti untuk kehidupan ini, semata karena Allah. Ada masa ketika lampu merah berganti lampu hijau. Hampir lupa, ada juga lampu kuning...
Mimpi-mimpi dan harapan-harapanmu
lebih berharga daripada lukisan senyum usai hujan.
Sejarah menantimu!
Makassar, Kamis, 12012012/12.00 Wita
tulisannya bagus. cuma butuh sedikit kalimat yang bikin lebih meledak.
BalasHapussalam dari peserta TOWR asal Pinrang, Helmi Anwar.
saya tunggu kunjungan baliknya.
eh, saya sdh berkunjung tapi kok ada warning mengenai ada virus malware di blog Anda
BalasHapus