Menjemput Impian


Masih mencoba membekaskan makna kebaikan dalam catatan waktu yang semakin abstrak. Aku yakin, kecepatan cahaya tidak akan pernah berkurang untuk sampai ke bumi. Sama seperti cahaya yang tidak akan hilang dalam diri manusia. Ketika redup, selalu ada alarm yang mengingatkan. Karena Allah tidak pernah benar-benar meninggalkan hamba-Nya. Ketika kita datang membawa kesalahan sepenuh bumi dan dosa-dosa telah sampai ke langit, maka Allah akan datang membawa ampunan sepenuh bumi dan sedalam samudera.

Merinding. Tubuhku bergetar. Jantungku berdegup dua kali lebih cepat, betapa Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Allah telah menghujaniku dengan nikmat luar biasa. Maka harus dengan alasan apalagi aku tak mengindahkan perintah-Nya. Harusnya manusia bisa seperti padi; semakin berisi, semakin merunduk. Dan seperti rumput yang bertasbih, mengharap hanya pada Yang Satu.

Di sini,
Di bawah awan berkaca
Dengan sebuah senyuman
Mengejar yang belum terkejar
Aku harus kembali mengeja ilmu 
Dalam rupa waktu yang semakin sempit
Dalam ruang yang semakin terbatas
Di saat orang-orang telah meninggalkanku karena mengejar waktunya
Aku masih mencatat setiap kalam-Nya
Dan menyisakan ruang untuk menjemput mimpi-mimpi dan harapanku!
Rabb, jadikanlah semua ini alasan-alasan untuk meraih ridha-Mu.



0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.