Menampilkan Kepribadian Islam sebagai Karakter Pemuda Bangsa

Oleh: Bulqia Mas’ud

Kalau pada saya diberikan seribu orang tua, saya hanya dapat memindahkan gunung semeru. Tapi kalau sepuluh pemuda bersemangat diberikan kepada saya, maka seluruh dunia dapat saya goncangkan” [Soekarno]

Pemuda adalah sosok yang memegang peranan penting dalam mengawal perubahan. Pemuda yang kita representasikan sebagai mahasiswa bukanlah gelar biasa. Mahasiswa sering identikkan dengan agen perubahan, social control dll. Mahasiswa atau pemuda adalah sosok intelektual yang berperan penting dalam mewujudkan kebangkitan bangsa. Mahasiswa adalah masa-masa emas yang penuh semangat, kritis, cerdas, dan memiliki waktu dan ruang gerak yang cukup leluasa untuk menjalankan kerja-kerja produktif. Namun sayang banyak yang tidak menyadari peran strategis ini. Banyak pemuda yang tergerus dengan budaya hedonis, individualistis yang hanya bermanfaat untuk individunya semata tanpa berusaha mengubah apa yang ada di sekelilingnya. Mereka hanya terfokus untuk mengejar ilmu yang kelak dapat digunakan untuk meraih kemaslahatan pribadi berupa popularitas maupun kekayaan. Padahal idealnya pemuda yang merupakan harapan bangsa dan masyarakat mereka harus punya kesadaran sosial untuk kepemimpinan masa depan.

Terlalu banyaknya pemikiran yang menjangkiti pemuda sehingga pemuda kesulitan menemukan jati dirinya. Pemuda cenderung menganggap budaya dan pemikiran luar khusunya barat lebih superior sehingga muncullah rasa inferior pemuda bangsa yang terlalu mengagung-agungkan kehebatan mereka.

Derasnya arus pemikiran dan budaya luar membuat pemuda semakin disorientasi, tidak memiliki karakter yang jelas. Liberalisasi membuat segalanya serba terbuka, kabur dan kehilangan arah. Pemuda semakin dialihkan untuk bergaya hidup yang hedonis. Hal inilah yang melahirkan banyaknya masalah cabang seperti free sex, narkoba, HIV/AIDS, konsumtif dll. Liberalisasi ini tidak hanya menyinggung sistem sosial atau gaya hidup tapi sistem perekonomian, hukum, budaya yang berdampak massif kepada bangsa dan membuat kebanyakan pemuda semakin bebas dan tidak punya prinsip.

Oleh karena itu pemuda bangsa harus memiliki filter yang kuat untuk menekan pengaruh luar tersebut. Filter ini hendaknya dapat mendukung gerak kolektif para pemuda. Dengan kata lain, butuh kesepahaman konsep, visi, dan misi untuk merumuskan karakter-karakter yang perlu dimiliki seorang pemuda calon pemimpin bangsa. Filter ini pun diharapkan mampu menjadikan pemuda tetap pada prinsipnya meskipun arus pemikiran dan budaya semakin deras. Filter ini diharapkan tidak mengubah jati diri pemuda meskipun mempelajari banyak pemikiran dan budaya luar.

Karakter Kepribadian Islam sebagai Filter Utama

Mengubah sebuah kondisi merupakan PR besar para pemuda. Pemuda harus memiliki karakter yang kuat untuk menjadi front liner bangsa ini. Untuk itu butuh kesepahaman konsep dan landasan berpikir yang jelas. Kesepahaman konsep inilah yang dapat menjadi filter kuat untuk menyatukan gerak pemuda.

Pada dasarnya pemuda adalah hamba Sang Pencipta yang tidak boleh melupakan perannya yang multidimensional dalam kehidupan ini. Pemuda sebagai agen of change seharusnya juga menjadi agen kebenaran. Kebenaran yang mampu menjawab pertanyaan mendasar dalam kehidupan ini. Darimana kita berasal? Untuk apa kita hidup di dunia? Dan akan kemana kita setelah hidup di dunia? Merumuskan sebuah konsep perubahan hendakanya memerhatikan ketiga pertanyaan tersebut. Pertanyaan tersebut akan mengarahkan para pemuda menjadi manusia yang mengenali jati dirinya sebagai hamba Allah, agen perubahan, dan kontrol sosial masyarakat.

Pemuda sebagai intelektual sejati adalah generasi ulul albab yaitu generasi yang memiliki kecerdasan intelektual serta menghubungkannya dengan nilai-nilai ilahi atau nilai-nilai spiritual. Tidak mendahulukan rasionalitas daripada nilai-nilai spiritual. Idealnya, para pemuda berpikiran lebih cemerlang untuk mengawal perubahan bangsa ini. Jangan terkunkung oleh sistem kehidupan yang semakin membuat bangsa dan generasinya terpuruk. Pendidikan diharapkan melahirkan sosok-sosok pemuda yang pemikir, bukan hanya pekerja. Pemuda tidak akan bergerak membangkitkan, jika cenderung mengalir mengikuti pola-pola halus penjajahan. Karena justru itulah yang semakin memperkuat penjajahan halus di negeri tercinta ini.

Jika pendidikan dijadikan tumpuan untuk membangun karakter pemuda bangsa yang unggul, tentunya kita harus memperbaiki sistem pendidikan. Sistem pendidikan inilah yang akan membentuk kepribadian dan karakter seorang pemuda. Dalam UUD 1945 (versi Amendemen), Pasal 31, ayat 3 tujuan pendidikan nasional adalah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal implementasinya, terjadi ketidaksesuaian antara tujuan awal dengan hasil yang diinginkan. Karakter pemuda tidak terbentuk sesuai tujuan tersebut. Hal ini disebabkan, konsep nilai-nilai tidak akan terterapkan dengan baik tanpa adanya sistem kuat yang mendukung. Di sinilah berlaku istilah structure influences behavior.

Sistem pendidikan kita hendaknya menitikberatkan pada penyelesaian masalah-masalah kepemudaan. Telah disinggung di atas penyebab jatuhnya moral pemuda karena tidak memiliki filter yang jelas. Filter islam diharapkan mampu menjadi payung yang dapat menyamakan konsep gerak pemuda. Mampu menyatukan kita yang heterogen. Nilai-nilai universal islam pun mampu memayungi banyaknya nilai lokal dari sabang sampai merauke di Indonesia yang cenderung sulit disatukan. Sudah saatnya bangsa ini merumuskan sistem pendidikan yang lebih islami yang bertujuan membentuk karakter bangsa yang kuat.

Sistem pendidikan islam akan membuat pemuda bangsa memiliki pemikiran dan sikap yang benar yang tidak menyimpang dari aturan Sang Pencipta. Sistem ini sudah sangat dirindukan, melihat berbagai fakta dan persoalan yang terjadi karena tidak diterapkannya aturan yang benar. Semuanya bisa terwujud, salah satunya dengan menerapkan sistem pendidikan yang lebih islami. Pendidikan islam tidak hanya menghasilkan pemuda yang berkepribadian kuat tapi juga semangat tinggi untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem ini akan menghasilkan ilmuwan-ilmuwan hebat. Yang dapat membantu menyelesaikan krisis multidimensional bangsa ini karena lemahnya penguasaan Iptek, sehingga bergantung pada negeri asing. Pendidikan islam juga akan mampu mencetak para pemuda yang visioner dunia dan akhirat.

Selain itu para pemuda patut mencontohi karakter kepemimpinan Rasulullah yang mampu memimpin masyarakat heterogen. Beliau adalah pemimpin terhebat sepanjang masa. Mampu mengayomi masyarakat plural, baik dari segi aqidah maupun suku-suku. Tanpa mengganggu aqidah yang lain dan membawa perpecahan umat. Beliau mampu memimpin kondisi sosial masyarakat yang beragam dengan ideologi islam yang dibawanya. Wallâhu a'lam bi ash-shawâb.

Mahasiswi Sastra Inggris Unhas 2008

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.