Karena Jodoh adalah Takdir Ikhtiar


Jangan sembarangan memutuskan menikah dengan siapapun. Jangan sembarang memilih seseorang. Perhatikanlah dengan siapa kamu akan menikah. Jangan karena terburu-buru, hingga kamu menerima siapa saja yang datang. Asalkan kamu segera halal. Tidak. Tidak seperti itu. Jodoh adalah takdir ikhtiar. Kamu akan mendapatkan sesuai dengan ikhtiarmu.

Banyak orang yang menyesal dengan pernikahannya karena mereka merasa salah pilih pasangan. Ada yang nekad menerima kekurangan calon pasangannya. Dengan alasan, ah semuanya bisa diperbaiki. Setiap orang punya kesempatan untuk berubah. Memang benar. Tapi, jangan sekali-kali mempertaruhkan kehidupanmu yang sudah baik dengan berani menerima mereka yang mungkin shalatnya masih bolong-bolong, belum pandai membaca Al Qur'an atau hal-hal yang sebenarnya tidak sesuai kriteriamu.

Jangan dengan dalih "menerima apa adanya" yang penting dia shalat. Ah, yang penting dia begini, yang penting dia begitu. Padahal kamu tahu ada banyak hal yang belum bisa kamu terima darinya. Sekali lagi, jangan terburu-buru. Menikah bukan perkara sehari, dua hari, tetapi seumur hidup. Banyak pernikahan yang akhirnya tidak bahagia karena memaksakan hal-hal yang sebenarnya tidak bisa dipaksakan.

Beruntung jika kamu mau bersabar dengan pasanganmu. Hingga kamu mau menuntunnya menjadi lebih baik dan terus membaik. Tapi ini adalah usaha yang membutuhkan kesabaran seluas samudera. Jika kamu siap menanggung risiko, dan mampu bersikap seperti Asiyah (Istri Fir'aun), ya boleh dicoba hehe. Tapi, nasihat saya. Bagi yang belum menikah, jika kamu sudah baik, jangan berani menikah dengan dia yang mungkin belum sevisi denganmu. Akan banyak pengorbanan yang akan kamu hadapi. Termasuk korban perasaan mungkin. Kamu akan selalu mencoba mengerti. Kamu akan selalu mengalah.

Memang, memutuskan menikahi seseorang adalah pilihan. Tapi, jangan asal memilih. Perhatikan agamanya. Perhatikan pergaulannya. Perhatikan akhlaknya. Kamu mau bahagia dengan pernikahanmu kan? karena pernikahan itu penuh ujian, jangan sampai kita salah pilih dari awal. Jangan sampai kita jadi berpikir dengan pembenaran, ah dialah jodoh yang sudah ditakdirkan Tuhan untukku. Bukan maksud saya tidak mensyukuri jodoh. Karena bisa jadi ada surga dalam setiap pilihanmu itu. Tapi hati-hati saja. Jodoh tidak datang begitu saja. Jodoh adalah takdir ikhtiarmu. Maka, berikhtiarlah sebaik-baiknya. Termasuk carilah yang baik-baik. Dan juga pantaskan dirimu :)


photo credit: images.mooseyscountrygarden.com

Sebelum Kamu Menjadi Seorang Istri



Di sebuah grup online yang diisi wanita-wanita dewasa, terjadi perbincangan yang cukup acak. Di usia yang sudah matang untuk menikah, saya pikir bukanlah hal berlebihan kalau kita memang senang memperbincangkan ini. Saya tak pernah menyalahkan jika ada di antaranya yang selalu baper. "Baper" bisa jadi semacam pertanda bahwa Allah masih menganugerahi kita perasaan. Perasaan yang juga rindu menyempurnakan setengah agama. Jangan sampai Allah menarik perasaan semacam ini hingga tak lagi ingin menikah. Semoga yang sedang rindu menikah agar segera bertemu dengan jodohnya.

Ketahuilah mencari jodoh adalah ujian. Tidak ada kisah jodoh yang sempurna seperti di film-film romantis. Bertemu dengan jodoh yang tepat membutuhkan pengorbanan dan sedikit rasa tidak enak di hati. Patah hati itu biasa. Ketika kamu telah bersusah payah dan akhirnya gagal. Saya pikir, hampir semua wanita pernah ada di fase ini. Ada yang mencintai atau mengharapkan pria yang ternyata ditakdirkan untuk menjadi jodoh orang lain. Ada pula yang gagal dalam perkenalan-perkenalannya. Bisa jadi jodohmu juga sedang melakukan pengembaraannya untuk bertemu denganmu. Mereka juga merasakan jatuh bangun. Yang ia pun tak tahu bahwa dia sedang direncanakan untuk bertemu denganmu. Perjalanan jodoh selalu misterius bukan?
 
Bukankah tidak ada yang sia-sia dengan kesabaran. Kesabaran tidak akan membuahkan sebuah hasil melainkan kebaikan. Kelak kesabaranmu akan dihadiahi dengan sosok yang mungkin selama ini kau idam-idamkan. Jangan terburu-buru, jangan berputus asa. Berhati-hatilah dengan jeratan setan yang selalu mengembuskan was-was dalam dada manusia.

Sebelum kamu menjadi istri seseorang, tinggikanlah kesabaranmu, syukurilah keadaanmu. Jodoh itu akan datang setelah usaha dan doadoamu yang tulus dan sungguh-sungguh. Kesendirian memang ujian, mencari jodoh juga ujian, bahkan setelah berjodoh juga penuh ujian. Jadi apa yang mesti kita fokuskan? Maksimalkan peran yang kita lakoni sekarang. Perbanyak ilmu. Indahkan sabar dan syukur untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan hidup. Termasuk kemungkinan baik bertemu jodoh 😉

photo credit: wallpoper.com

Mencintai Suami/Istri karena Allah



Keputusan yang paling penting dan mungkin sulit dalam hidup seseorang adalah memilih pasangan hidup. Karena bersamanya, kita tidak sedang menaklukkan dunia, tapi kita ingin memastikan hidup selamat dunia akhirat. Hingga ke surga.

Sampai saat ini jawaban yang paling masuk akal, kenapa memutuskan memilih seseorang, karena keyakinan bahwa dengan bersamanya surga terasa lebih dekat. 

Dulu sebelum menikah, saya sering bertanya-tanya. Apa yang dimaksud menikah karena Allah? Bagaimana saya akan memilih suami karena Allah. Bagaimana saya bisa memastikan bahwa saya memilih suami bukan karena hawa nafsu atau pertimbangan-pertimbangan dunia. Apakah saya sudah tepat memilih pasangan hidup karena agamanya.

Dalam teori mencintai, islam telah mengajarkan untuk mencintai siapapun dan apapun karena Allah. Tidak ada cinta yang abadi selain mencintai karena Allah. Selain Allah, segalanya adalah fana'. Mencintai karena Allah adalah yang mengantarkan hubungan suami istri senantiasa dalam keberkahan dan kelanggengan. Lalu bagaimanakah arti mencintai pasangan hidup karena Allah?

Dalam pengetahuan sempit saya, Mencintai Allah adalah melakukan segala hal yang dicintai Allah. Jadi jika suami/istri beriman, bertakwa, dan melakukan amalan-amalan yang dicintai Allah, maka kita mencintainya karena Allah. Karena Allah senang kepada orang-orang yang beriman, bertakwa, dan melakukan amalan-amalan salih.

Semakin dalam cinta suami atau istri kepada Allah, semakin kuat dan bertambah cinta kita kepadanya. Itulah mungkin maksud cinta kepada Allah. Maka sebagai suami atau istri, hendaknya kita senantiasa saling mendukung dalam ketaatan dan mencintai karena Allah. Cinta istri dan suami tertinggi jika membuat pasangan hidupnya semakin mencintai Allah dan mencari keridhoan Allah. Jika pasangan hidup tidak beriman dan bertakwa, berkurang dan hilanglah cinta kita kepadanya. 

8 Juli 2018, 3 bulan pertama pernikahanku.
 

Diberdayakan oleh Blogger.