Boleh jadi memang jarak itu bukan lagi masalah jauh
dekatnya, tetapi perasaan yang ada di dalamnya.
Semenjak Long Distance Marriage (LDM), saya jadi semakin memahami bahwa hubungan dua orang manusia bukan bergantung kepada jasad dan fisik manusianya. Tetapi, apakah ruh-ruh kita terhubung kepada Sang Pemilik Semesta. Apakah kita masih saling mendoakan? Apakah kita masih saling merindukan?
Semenjak Long Distance Marriage (LDM), saya jadi semakin memahami bahwa hubungan dua orang manusia bukan bergantung kepada jasad dan fisik manusianya. Tetapi, apakah ruh-ruh kita terhubung kepada Sang Pemilik Semesta. Apakah kita masih saling mendoakan? Apakah kita masih saling merindukan?
Ketergantungan kita sebenarnya bukan pada pasangan hidup
tetapi kepada Allah Swt. Kita semakin ikhlas menjalani proses kalau dilakukan
karena Allah. Mungkin tidak akan ada perasaan kecewa, sedih, kesal jika semua
yang kita lakukan karena Allah. Apapun yang kita lakukan kepada pasangan hidup
menjadi lebih tenang kalau ada ruh dan iman di dalamnya.
Kadang saya berpikir, apakah suami saya bahagia di sana? Apakah dia sehat-sehat saja? Apakah dia tidak menjalani hari-hari yang buruk. Apakah dia bisa semakin produktif menjalani kesehariannya. Apakah pekerjaannya terurus dengan baik? Apakah ibadahnya semakin meningkat? Kalau tidak, saya tentu merasa bersalah sebagai istri.
Bagi yang LDM, bisa mendengar kabar dari pasangan hidup kalau dia baik-baik saja adalah hal yang membahagiakan bukan? Mungkin itulah mengapa komunikasi sangat penting dalam menjalani hubungan seperti ini. Ada dampak psikologis kalau kita bisa mendengar kabar masing-masing.
Kadang saya berpikir, apakah suami saya bahagia di sana? Apakah dia sehat-sehat saja? Apakah dia tidak menjalani hari-hari yang buruk. Apakah dia bisa semakin produktif menjalani kesehariannya. Apakah pekerjaannya terurus dengan baik? Apakah ibadahnya semakin meningkat? Kalau tidak, saya tentu merasa bersalah sebagai istri.
Bagi yang LDM, bisa mendengar kabar dari pasangan hidup kalau dia baik-baik saja adalah hal yang membahagiakan bukan? Mungkin itulah mengapa komunikasi sangat penting dalam menjalani hubungan seperti ini. Ada dampak psikologis kalau kita bisa mendengar kabar masing-masing.
Saya jadi teringat doa yang seringkali orang ucapkan dalam majelis pernikahan, "Semoga Allah memberkahi kalian (di kala senang), dan memberkahi pula (di kala sedih) serta menyatukan kalian berdua dalam kebaikan." Doa ini sangat substantif, indah, dan holistik. Karena pada akhirnya yang kita cari dalam pernikahan adalah keberkahan dan kebaikan baik itu di kala senang maupun sedih.
Ada yang bilang indikator keberhasilan rumah tangga itu, bertambahnya
kebaikan-kebaikan, bukan kebahagiaan saja. Tidak selalu dalam rumah tangga itu
dipenuhi suka, karena pasti ada juga duka yang menjadi bumbu-bumbu rumah
tangga. Kemudian, seorang istri dan suami berusaha mengambil peluang bagaimana
agar dalam setiap keadaan adalah bertambahnya ketaatan, kebaikan, dan cinta
kasih.
Bagi yang tengah menempuh LDM, semoga Allah memberkahi dan
meridhoi keluarga kita. Untuk suami saya, semoga Allah memberikan kemudahan dan
kelancaran menulis thesis. Tercapai target-targetnya. Semoga ibadahnya tidak
terbengkalai gara-gara thesis hehe.
Ramadan Day 22, 1439 H
0 komentar:
Posting Komentar