Menyelamatkan Peradaban




        Siang di tempat ini terasa biasa saja. Panas, tapi tidak sepanas di Makassar. Hujan pun hanya sesekali jatuh. Biasanya di sore hari. Frekuensinya kira-kira 3 kali dalam seminggu. Ya, hanya perkiraanku. Sebatas tebakan prasangka. Sangat tidak ilmiah. Saya ingin bercerita. Kebiasaan lamaku yang entah kapan mulai kutinggalkan. Mungkin karena peralihan manual ke elektronik. Sekarang tak lagi bercerita di buku diary. Teringat buku diary yang kutinggalkan di rumah sebelum hijrah ke Makassar masih tersimpan lengkap dengan isinya. Hmm, kenangan putih biru dan putih abu-abu.

“Dimana pun kamu ditanam, berkembanglah.”

Saya jadi teringat kalimat tersebut.  Bahkan setiap saya pulang ke kampung halaman, saya selalu memimpikan bahwa daerah tempat tinggalku ini kelak bisa melahirkan orang-orang bertakwa. Anak-anaknya menjadi generasi cemerlang. Setidaknya hal tersebut bisa dimulai di lingkungan sekitar rumah. Meninggalkan peradaban kota sejenak adalah upaya untuk mengumpulkan kembali semangat saya. Ah, tidak ada yang sia-sia. Meski melewatkan banyak agenda besar, tapi saya berusaha menyemangati diri sendiri. Dimanapun kamu ditanam, berkembanglah. Semoga ini hanyalah perhentian sementara. Kesempatan berlama-lama bersama keluarga saya. Bisa jadi suatu saat saya berada di suatu daerah tertentu atau belahan bumi lain, melanjutkan menuntut ilmu lagi. Insha Allah, hanya Allah yang tahu.
Semoga dengan keberadaanku di sini bisa memberikan efek divergen kepada keluarga dan sekitar. Usai sholat dhuhur, sekitar pukul 13.30 saya memulai mengajarkan islam kepada anak-anak dekat rumah. menceritakan mereka bagaimana kemuliaan islam dan para pengembannya. Saya berharap dengan menceritakan sosok Rasulullah dan para sahabat bisa menggantikan pahlawan-pahlawan industri kapitalis pujaan mereka seperti di film anime Naruto, Dragon Ball, Spider-Man dll.
Bagaimana kehebatan Rasulullah menyebarkan islam seorang diri hingga pengikutnya bertambah dan daerah kekuasaannya meluas. Khalid bin Walid, yang digelari saifullah atau pedang Allah yang hanya sekali kalah dalam setiap peperangan, itupun peperangan yang dipimpin Rasulullah. Bahkan, Karena strategi Khalid lah Rasulullah dan para sahabat kalah di perang Uhud. Ketika Khalid masuk islam. Rasulullah sangat berbahagia. Salah satu orang terhebat Mekkah memperkuat barisan kaum muslimin. Bahkan Khalid tidak pernah kalah dalam peperangan yang dipimpinnya. Berbagai prestasi dicapai, seperti penaklukkan Persia dan Romawi. Juga Hamzah, Abu Bakar, dan Umar adalah orang-orang yang berpengaruh di Makkah.
Adapula Muhammad Al Fatih yang akhirnya berhasil  meruntuhkan Konstantinopel yang bertahun-tahun telah dicita-citakan oleh kakek dan ayahnya. Saya menceritakan kehebatan Al Fatih dan Pasukannya. Yang sholat rawatib dan tahajjudnya tidak pernah bolong. Kemenangan yang Allah anugerahkan bagi mereka yang selalu taat dan ibadahnya luar biasa. Sosok perempuan seperti Khadijah, Aisyah, Fatimah, Asiyah, Maryam, Sumayyah dll adalah inspirasi yang semestinya kita bagikan kepada anak-anak. Semoga Allah mencatatnya sebagai upaya menyelamatkan peradaban.

“Better light than curse the darkness”

Saya senang dengan kalimat ini. Kalau tidak salah ini adalah kata-kata yang terkenal dari Anis Baswedan, pencetus Indonesia Mengajar. Setiap orang tentu saja ingin melihat keadaan lebih baik. Tapi, tidak semua orang melihat dan memahami apa akar masalah sebenarnya. Mungkin hanya orang-orang beriman kepada Allah lah yang beranggapan bahwa tidak diterapkannya hukum Allah adalah penyebab kekacauan di dunia ini.
Sedikit mengeritik aktivitas yang dilakukan banyak orang di luar sana yang aktif mendirikan LSM, NGO dan semacamnya. Apa yang mereka lakukan memang baik. Berkontribusi untuk kehidupan yang lebih baik. Tapi, bukankah sebenarnya itu tugas negara. LSM, NGO sebenarnya mengambil alih peran negara. Amerika, negara paling liberal dengan ideologi kapitalismenya itu memiliki beribu LSM. Banyak sekali pekerjaan negara yang dikelola oleh individu/kelompok dan korporasi. Hingga, kita bisa berkesimpulan buat apa ada negara kalau tugas negara diambil alih oleh individu dan LSM.
Indonesia Mengajar sebenarnya tidak perlu ada, jika negara, melalui pemprov dan pemkab memaksimalkan usahanya untuk menjangkau pendidikan sampai ke pelosok. Lalu apa tugas dinas pendidikan, kalau persoalan seperti ini pun diambil alih oleh individu. Ini baru bidang pendidikan. Belum lagi bidang yang lain. Mendirikan LSM untuk membantu masyarakat memang tidak masalah yang penting mereka sadar dan terus menyampaikan bahwa apa yang mereka perbuat sebenarnya adalah tugas negara. Pemerintah memang wajib memberikan akses pendidikan dan kesehatan gratis kepada rakyatnya.
Sebenarnya kurang sreg jika orang-orang selalu berbangga bahwa mereka telah membantu membangun Indonesia, berkontribusi pada negara dengan aktif bergeliat di LSM entah itu pendidikan, kesehatan, lingkungan. Padahal sesunggahnya apa mereka lakukan mengambil alih peran negara. Lalu, apa yang akan dikerjakan oleh para pejabat dan pegawai negara kalau swasta mengambil alih. Pantas saja banyak anggota DPR dan PNS yang keluyuran, bingung mau kerja apa. Tugas mereka tidak dimaksimalkan. Mungkin.
Meski sebenarnya kita tidak dilarang sebagai individu atau kelompok ikut beramal tapi sadari bahwa apa yang mereka lakukan bukanlah solusi utama untuk menyelesaikan masalah. Kampanyekan juga kepada aparat pemerintah bahwa itu adalah tugas pemerintah. Bukan berarti pula kita menolak LSM, apalagi jika LSM itu membantu kita untuk bertakwa dan menerapkan syariat Allah seperti sekolah islam, lembaga zakat, rumah tahfidz dan semacamnya yang merupakan upaya untuk menyelamatkan generasi dari peradaban kelam hari ini.
Kalimat “Better light than curse the darkness”  tidak cukup sempurna untuk memperbaiki keadaan. Berhenti pada menyalakan cahaya kecil saja itu tidak menyelesaikan masalah menurut saya. seharusnya kita menyadari dan mencari tahu sebenarnya dimana dan apa penyebab atau sumber kegelapan tersebut. Bisa jadi ada sakelar yang mati, lalu semuanya menjadi gelap. Inilah yang tidak disadari oleh banyak orang bahwa sesungguhnya ada ‘Cahaya Besar’ yang redup. Cahaya dari Allah. Cahaya dari Al Qur’an dan As Sunnah yang masih redup di muka bumi ini.  

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.