Menatap Fenomena

Apakah belum tiba saatnya rakyat ini lega?
Akhir-akhir ini cuaca terasa panas kemudian dingin di atas sepotong tanah dari surga
Mengikuti suasana hati penghuninya
Apalagi yang bisa terberi, ketika teriakan tidak pernah cukup
Meski aku hanya berdiri di tepian  
Kulihat segelintir penguasa berdalih di balik imajinasinya ingin membebaskan keterpurukan
dengan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak

Ingin kutanyakan padamu
Apakah sorot matamu berubah
Bahwa kau resah melihat kacaunya pengaturan bangsa ini
Atau tiba-tiba keningmu berkerut membaca dangkalnya pikiran penguasamu

Kenapa mesti ada kisah rakyat melawan
Harusnya logika berpikir itu berkata bahwa penguasa adalah kekasih rakyatnya
Tidak kah itu menyedihkan?
Sebuah kisah cinta abadi tentang arti pengkhianatan
Penguasa ini telah mengkhianati rakyatnya
Jauh lebih sakit daripada seseorang yang patah hati
Lalu, tiba-tiba penguasa itu datang dengan sejuta kata romantis untuk merayu rakyatnya

Benar,
Mungkin kau tidak akan menemukan cukup alasan dalam puisi ini
Bahwa mengapa kita harus kembali kepada aturan Sang Pencipta
Maka mendekatlah pada cahaya,
Kau akan menemukan sebuah kegemilangan
Ketika penguasa dicintai rakyatnya
Dan kesejahteraan bukan milik orang-orang tertentu

Atau maukah kuceritakan satu, dua, atau tiga kisah?
Sejarah bukan untuk ditutup dalam lembaran-lembaran kenangan
Ada titik harapan yang akan menyembuhkan dunia.

***

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.