Dan
waktu berjatuhan mengikuti temponya atau menawariku cara untuk bertahan.
Matahari
sore itu, masih menjadi saksi kapan harusnya aku istirahat. Lalu datanglah
malam menelan senja dan benar-benar mengajakku untuk menyepi.
Meski
senja telah tertelan bulat, tapi aku masih bisa merasakan sisa-sisa cahaya yang
tak sempurna menyoroti wajahku.
Aku
masih di sini. Menyaksikan matahari
terbit lalu tenggelam. Merasai musim yang berganti. Juga cuaca yang belakang
ini tak normal.
Ada
tempias hujan yang seketika kering oleh matahari.
Kuingin
Tuhan menjawab tanyaku. Akankah ada jalan pulang pada kebahagiaan? Ataukah
ketika aku keluar tiba-tiba hanya jurang yang kutemui?
Kata
Tuhan, tidak ada yang sia-sia. Gelisahmu adalah cara yang terbaik untuk
mengingatKu.
Sempurnakanlah
waktumu. Bunuhlah ketakutanmu. Dan damailah dengan keindahanmu.
Lalu?
tanyaku.
Ingat
Aku dalam setiap waktumu. Itu saja.
0 komentar:
Posting Komentar