Taubat





Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (Q.S. Al A'raf: 200-201)

Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (Q.S. Al A'raf: 204-205)


Kau Puisi





Saat matahari terbenam aku rindu melihat wajah ibu bercahaya
Ternyata silau matahari senja telah berpindah di teduh wajahmu
Aku masihlah gadis kecil yang kadang merengek manja
Ingin dimasakkan ini atau itu
Rasa yang hanya bisa kudapatkan dari olahan tangan Ibu
Dan Ibu dengan senang hati berkata, “Nanti akan kubuatkan makanan favoritmu.”

Hmm, Ibu… Sekarang aku sudah dewasa. Telah kepala dua.
Kapan aku bisa menggantikan Ibu. Aku ingin memasak untuk Ibu.
Tapi, kau tetaplah menyambut kedatanganku dengan menghidangkan makanan kesukaanku
Dan selalu menanyakan pertanyaan yang sama
“Gimana makananmu di Makassar, Nak? Enak kan?”

Meski bisa melepas rindu lewat telepon
Tapi puisi lebih indah untuk melepaskan kerinduan
Aku sudah belajar Ibu. Aku belajar dari perempuan-perempuan yang mungkin pantas kusebut bidadari dunia bahwa merindu juga punya aturan ternyata.
Kau tahu Ibu, rindu itu suci.
Mungkin cinta lebih suci, Ibu.
Meski sebenarnya cinta-rindu itu adalah gradasi
Cintalah yang melahirkan rindu
Konektor yang hanya bisa dijelaskan melalui relasi seperti Ayah dan Ibu

Tentang cinta, aku tidak percaya cinta sebelum pernikahan, Ibu.
Mereka yang mencinta sebelum pernikahan adalah mereka yang berkomitmen untuk sewaktu-waktu saling meninggalkan.
Aku percaya, Allah telah menyiapkan waktu yang tepat dengan orang yang tepat.
Indah pada waktunya.
Bersama hati yang menyimpan harapan.

Ibu, maaf…
Kalau terkadang lebih dulu menutup telepon
Atau sesekali berkata kasar yang seketika mengubah intonasi suaramu atau raut wajahmu
Aku kadang menawarkan pahitnya empedu, sementara silau matamu menawarkan madu
Akankah aku bisa melindungi Ibu dari detik perubahan
Atau menghadiahkan mahkota kelak di surga?
Tapi, kau lihat sekarang Ibu
Aku tumbuh dewasa menjadi gadis yang berbeda bukan?
Pernahkah tersirat di dalam benak Ibu
Kalau aku akan tumbuh menjadi wanita salihah. Amin Ya Rabb.

Menulis ini, setelah Ibu menelpon...

Rotasi




Pertama kalinya, aku merasakan hangat sekaligus dinginnya musim semi. Di Indonesia tidak akan pernah kutemukan musim seromantis ini, bahkan lebih romantis dari musim hujan di tanah air. Bunga-bunga baru saja bermunculan. Daun-daun di pepohonan masih segar dan imut. Bersih dan menyejukkan. Mungkin sepersekian miniatur surga. Di sini subuhnya berbeda. Tidak ada adzan yang mungkin setiap subuh membangunkanmu di Indonesia. Temperaturnya kadang tidak menentu dan membuat tubuh menggigil.
Ini hari pertama di negeri Paman Sam. Edwards Hall, asrama yang akan kutinggali ke depannya. Aku menemukan kalimat istimewa di pintu kamarku. Ditulis di papan tulis segi empat kecil yang terpasang di pintu.
“Welcome my new roommate. Wanna make a difference?”
Ya, salam perkenalan yang ditujukan padaku oleh pemilik kamar ini. Sapaan yang hangat. Tapi aku khawatir, bagaimana responnya setelah mengetahui bahwa aku seorang muslim dan berkerudung. Kamar yang kutinggali sekarang ialah milik seorang yang bernama Natalie. Ada sepeda yang tergeletak di samping ranjang. Ada dua ranjang. Terletak di sisi kiri, milik Natalie. Dan milikku yang terletak di sisi kanan. Meja belajar dan wardrobe ada dua pasang. Kamar yang memang didesain untuk dua orang. Di ruangan yang cukup elegan dengan furniture yang memesona. Ada heater (penghangat) yang built-in di dinding kamar.
***
Beginilah Colorado, cuacanya tidak menentu. Matahari bersinar secerah di Indonesia. Bedanya, di sini sangat berangin. Anginnya sampai menembus kulit. Sangat dingin. Bahkan lebih dingin jika salju turun di musim ini. Musim semi. Masih tersisa bekas-bekas musim dingin. Pepohonan yang tak berdaun. Kering. Tapi lambat laun di musim ini kau bisa memperhatikan bagaimana daun itu tumbuh hingga berbunga. Dan kau tahu Fort Collins adalah salah satu kota di Colorado yang sangat subur. Akan bersemi bunga-bunga berwarna-warni di musim ini. Cuacanya seperti cuaca hatiku yang tidak menentu saat ini, tapi lambat laun seperti ada bunga yang bersemi. Bahagia dan bersyukur.
Aku mengalami sedikit culture shock1. Meski sebelumnya telah dibekali pengetahuan budaya dan kebiasaan yang ada di Amerika. Juga telah kupelajari di bangku kuliah tentang budaya orang-orang Amerika. Tapi, aku paling tidak tahan dengan toilet yang kering yang hanya menggunakan tissu. Atau cuaca yang membuat bibir dan kulit mengering dan menimbulkan bercak merah.
Orang-orang Amerika individualis, disiplin, seperti dikejar waktu. Benar, di sini waktu adalah uang. Secepat apapun langkahmu, kau tidak akan sanggup mengalahkan langkah cepat mereka. Penghargaan terhadap waktu memang begitu tinggi. Saat kau pergi ke dokter dan telah membuat kesepakatan waktu dengannya. Lalu kau melanggar perjanjian waktu yang telah disepakati, dokter itu akan mengenaimu denda. Karena kau telah terlambat. Waktunya yang telah kau buang dibayar ganti dengan uang.
***

Seminggu telah berlalu, ajaran baru di kampus akan segera dimulai. Mahasiswi telah menghabiskan liburan spring break. Satu persatu penghuni asrama berdatangan. Aku mulai kehilangan kepercayaan diri. Pikiran-pikiran negatif mulai memenuhi otakku. Teman sekamarku akan datang.
Kudengar sentakan koper di luar. Sepertinya itu Natalie. Terdengar suara yang berusaha membuka pintu kamar ini. Aku duduk di depan meja belajar sambil pura-pura memainkan laptopku. Natalie masuk. Ternyata dia gadis jangkung, kurus, langsing seperti model. Dan kau tahu, dia santai saja melihatku. Tidak heran sedikit pun.
“Hi.” Sapanya dengan senyum yang tipis. Dia cantik. Rambutnya panjang dan pirang.  
“Hi.” Jawabku seadanya. Aku kikuk. Akan seperti apa tanggapannya melihatku berkerudung. Nampaknya Natalie tidak terlalu peduli. Karakter orang-orang Amerika yang katanya individualis itu telah nampak.
Setelah itu tidak ada obrolan hangat di antara kami berdua. Natalie sibuk merapikan barang-barangnya yang masih berserakan seminggu ditinggalkan.
***
Kelas mulai berlangsung. Aku tidak terlalu canggung. Aku bertemu dengan teman-teman sesama muslim dari Arab. Tapi, tak sedikit yang keislamannya telah luntur. Mahasiswa-mahasiswa dari Middle East memenuhi ruang-ruang kelas. Merekalah penyumbang terbesar di tempat kami belajar ini. Selebihnya dari Jepang, Korea, China, Afrika dan Amerika Latin Tapi, di luar dugaanku. Mereka seperti singa yang baru saja keluar dari kandangnya. Liar. Kebanyakan sudah tak lagi melaksanakan sholat. Sudah kebarat-baratan. Atribut islam sudah tidak jelas lagi, kecuali wajah khas Arab mereka.
“You know, the first time I came here, I got culture shock. Two months. When a woman came and tried to hug me. I was shock. I never saw and did that in my country, although they did it to show closeness as a friend. So, I didn’t blend it that time.” Ucap Ahmad yang merasakan betapa terkejutnya dia menemukan sebuah budaya yang sangat berbeda dari negara asalnya, Arab Saudi. Dengan muka yang merasa bersalah, dia mengaku mengalami banyak perubahan.
Aku memperoleh banyak informasi dari obrolanku bersama Ahmad. Dia dan teman-teman dari Arab merasa jenuh dengan kehidupan mereka di sana. Tidak ada bioskop dan tidak ada kebebasan. Benar-benar seperti singa yang keluar dari kandangnya. Atau burung yang keluar dari sangkarnya. Seolah menemukan dunia baru di jagad ini. Namun, kabar itu menyedihkan buatku. Mereka terkikis oleh kultur Amerika.
Lain halnya dengan kawan-kawan dari negeri matahari terbit. Mereka cenderung pendiam di kelas. Tapi, di luar begitu aktif. Mereka sangat mencintai fashion. Bahkan rela menghabiskan uang demi penampilan mereka. Dan kau tahu mereka tidak mengenal agama. Suatu waktu aku menanyai Ayako.
“What’s your religion?”
Dia diam sambil berpikir sejenak. “Oh, religion? I don’t have religion.” Jawabnya polos dengan logat Jepang yang masih khas, sambil tersenyum hingga matanya menipis. Dan aku membalas senyumnya.
***
Hari yang teduh. Angin Fort Collins terasa beda. Mungkin karena temperatur agak sedikit naik. Matahari lebih bersinar dari hari-hari sebelumnya. Tapi, dinginnya tetap menusuk, meski tidak sedalam sebelumnya. Aku berjalan menuju Islamic Center di Fort Collins. Sekadar bersilaturrahmi denga sisters di sini. Ada kesenangan tersendiri jika bersua dengan saudari seiman dimana kami tergolong minoritas. Tempat ini sangat sederhana. Hanya sebuah rumah yang disulap menjadi tempat ibadah. Namun, segala aktivitas keislaman berlangsung di sini. Dari sholat Jumat hingga kajian keislaman. Kudengar di setiap sholat Jumat, selalu ada yang masuk islam. Dan itu cukup membuktikan bahwa agama yang paling pesat pertumbuhannya di Amerika bahkan dunia adalah islam. Air mataku langsung menetes ketika mendengar kabar bahwa ada lagi yang bersyahadat.
Selanjutnya, aku menuju pusat keramaian di Fort Collins untuk menikmati weekend. Old Town yang selalu ramai. Tempat rekreasi di tengah kota. Ada banyak toko pakaian, souvenir, restoran dan lain-lain. Ada atraksi, pertunjukan unik dan festival-festival yang biasa diadakan pada hari-hari tertentu. Mahasiswa-mahasiswa pun sering menggalang dana di tempat ini.
Aku duduk di sebuah kursi di taman. Di sekitarnya ada bunga-bunga yang baru bermekaran, berwarna-warni. Entah bunga apa namanya. Tapi jenis bunga ini tersebar di penjuru kota Fort Collins. Seketika aku merasakan kerinduan yang mendalam pada kampung halaman, keluarga dan teman-teman seperjuangan, tapi masih mampu merasakan keindahan kota ini. Serta waktu yang terus bergulir. Old Town selalu lebih ramai saat weekend tiba. Orang-orang datang hanya mencari kesenangan, hiburan, dan membunuh waktu.
Sabtu dan Minggu adalah hari yang sangat dinanti-nanti. Setelah lelah berkutat dengan pekerjaan. Hari Senin hingga Jumat adalah hari berkerja. Bekerja seperti nafas yang memburu. Benar, bahwa waktu adalah uang. Mereka hidup untuk bekerja. Kupikir mereka tidak punya beban. Fasilitas  umum yang memadai, musim yang selalu indah, kota yang bersih, indah dan aman. Dan baru kusadari, pekerjaan telah menjadi Tuhan sekaligus beban. Kau tahu istilah populer di Amerika? Hanya diucapkan ketika hari Jumat tiba. “Thanks God it’s Friday.” Karena weekend telah tiba untuk bersenang-senang dan berpesta.
Seorang Bapak tua menghampiriku di tengah asyik membaca. Hampir tak kupercaya bahwa dia adalah seorang pengemis. Badannya cukup berisi. Dia mengenakan jaket tebal, celana jins, dan sepatu kets. Dia memegang makanan junk food, lengkap dengan minuman berkarbonat.
“Excuse me.” Secarik kertas kecil yang bertuliskan donation ia sodorkan kepadaku. Aku kira dia sedang menggalang bantuan untuk orang-orang miskin. Ternyata, secarik kertas itu adalah bentuk bahwa dia sedang mengemis. Cara mengemis yang cukup berbeda di Indonesia.
Aku mengeluarkan uang satu dolar dari dompetku. Dia meraihnya dengan balasan senyuman kepadaku. Anehnya, aku telah memberi uang kepada seorang pengemis di Amerika. Amerika, negara impian banyak orang, pun ekonominya mulai rapuh akibat krisis. Seperti gelembung yang sekali tusuk langsung pecah. Sedikit saja, mereka akan collapse.
Namun, sangat berbeda dengan pengemis di Indonesia. Pengemis Amerika terlihat bukan pengemis. Bajunya tidak menyerupai pengemis. Mereka biasa duduk di taman kota atau tidur-tiduran. Sama sekali tidak terlihat mencemari kota. Tidak ada kolong jembatan, atau orang-orang yang meminta di setiap lampu merah.            
***
Entahlah. Kenangan di Makassar tiba-tiba muncul satu persatu di memori otakku. Menuju kota Denver. Mulai tampak gedung-gedung yang menjulang tinggi. Berbeda dengan Fort Collins yang masih kental suasana pedesaannya. Hari ini, angin kota Denver terasa lebih menusuk. Gerimis mengantarkanku meninggalkan Fort Collins. Gerimis yang tiba-tiba bersalju. Salju yang lembut. Aku sangat senang melihat banyak hal di balik mobil. Sambil mendengarkan lagu “Let it rain” dari Tracy Chapman yang sengaja kumainkan ketika merasa sepi. Atau lagu “I Believe” milik Maher Zain.
Hari yang sangat melankolis. Meski di luar sangat dingin, tapi mesin penghangat dalam mobil menghangatkan kami. Aku diantar oleh Natalie. Sekarang Natalie sudah berjilbab dan menjadi seorang muslimah. Tidak sulit baginya untuk menerima islam. Dia memang berbeda dengan kebanyakan perempuan Amerika. Dia lebih senang menghabiskan waktunya di kamar dan mengerjakan tugas kuliahnya. Atau melakukan aktivitas amal.  
Denvert Art Museum begitu menawan dari balik mobil ini. Juga gedung walikota yang gaya arsitekturnya mirip white house. Salju berhenti. Denver kembali cerah perlahan. Di Ibukota, akan kau temukan lebih banyak gelandangan yang tidur-tiduran di taman kota.
Aku melanjutkan perjalanan menuju Denver International Airport. Natalie memberhentikan mobilnya. Dua koper kukeluarkan dari bagasi. Aku menuju pintu masuk bandara. Sementara Natalie hanya bisa mengantarkanku sampai di sini.
“Be careful ukhti, I will miss you a lot.” Kedengarannya aneh, Natalie kini menyapaku dengan kata ukhti yang berarti saudara perempuan.
“Thank you, Natalie. Me too, will miss you so much.” Aku memeluk Natalie untuk terakhir kalinya.
“Assalamu Alaikum.”
“Waalaikum salam.” Balas Natalie dengan penyebutannya yang masih belum sempurna.
Aku memasuki bandara dan lagi-lagi melewati serangkaian proses imigrasi dan pemeriksaan yang sedikit menjemukan dan meletihkan. Akhirnya aku menaiki Pesawat UA869 setelah beberapa menit menunggu. United Airlines yang lebarnya dua kali lipat pesawat domestik Indonesia akan lepas landas. Merindukan Indonesia begitu dalam. Perjalanan akan kutempuh sekitar 30 jam lebih. Transit di San Fransisco International Airport, Hongkong, Singapura, dan tiba di Cengkareng, Soekarno-Hatta.
Hasanuddin International Airport, 15 Mei 2015, pukul 17:15 aku tiba di Makassar. Senja di Makkasar menyambut kedatanganku. Musim yang seketika berganti. Cuaca Makassar masih tetap sama. Apa kabar Ibu? Aku merasakan kerinduan yang begitu mendalam melihat wajah ibu, dan memeluknya. Juga berharap sebagian kenangan terhapus di memori otakku. Berganti perasaan yang seolah baru. Aku masih merindukan segalanya di kota ini.   
***
[1] Culture shock: istilah yang digunakan untuk menggambarkan kegelisahan dan perasaan (terkejut, kekeliruan, dll.) yang dirasakan apabila seseorang tinggal dalam kebudayaan yang berlainan sama sekali, seperti ketika berada di negara asing.

Melepas



Meski matahari cerah
Jalan selalu penuh tumpukan salju
Cinta adalah rahmat
Perasaan,
Hanya mampu berdesir di dalam hati
Karena sederhana itu indah

Kertas Posisi: Islam, Solusi Tuntas Menjawab Ketertindasan dan Ketidakadilan Terhadap Perempuan






*Kertas Posisi: Islam, Solusi Tuntas Menjawab Ketertindasan dan Ketidakadilan Terhadap Perempuan
Latar Belakang
Masalah perempuan akan selalu menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan. Akan selalu eksis selama bumi masih berputar. Di setiap momen bersejarah selalu ada upaya dari kalangan perempuan untuk mengangkat martabat dirinya. Perempuan ingin menemukan kesejahteraan dan ketenangan dalam hidupnya, untuk membebaskan dirinya dari ketertindasan. Bagaimanapun, perempuan adalah bagian dari komunitas masyarakat yang akan turut mempengaruhi keseimbangan populasi secara kualitas hidup. Maka, peranannya sangat penting dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Menyimak masalah perempuan di Indonesia, baru-baru ini muncul isu RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender.  Lagi-lagi, isu ini menjadi kontroversi bukan hanya di kalangan perempuan tapi juga laki-laki. Beberapa ormas-ormas muslimah menentang pelegalan RUU KKG ini karena dianggap menyimpan dari aturan islam.  Bukan hanya itu, beberapa isu terkait perempuan telah lama menjadi masalah yang tak menemukan solusi tuntas, seperti eksploitasi perempuan, perdagangan perempuan, kekerasan dalam rumah tangga, pergaulan bebas, perceraian, kemiskinan keluarga, aborsi, pelecehan dll yang membuat perempuan semakin mengalami ketertindasan.
Masalah-masalah tersebut tak pernah ada habisnya. Kondisi perempuan semakin memprihatinkan. Ketertindasan dan ketidakdilan semakin mewabah. Justru semakin banyak perempuan yang tereksploitasi. Perempuan disamakan dengan produk untuk kepentingan kapitalis. Tubuh dan kecantikan perempuan dijual untuk meraup keuntungan. Perempuan dijadikan aset untuk kebutuhan bisnis. Bahkan perempuan telah menjadi barang yang paling komersil dan menguntungkan untuk industri besar kapitalis. Sayangnya, kaum perempuan tidak sadar bahwa dirinya telah dilecehkan dengan cara seperti itu.
Pergaulan bebas, pelacuran, hamil di luar nikah dan aborsi juga menjadi masalah yang menindas kaum perempuan. Masalah keperempuanan tersebut adalah makanan sehari-hari media yang tak kunjung menemukan solusi tuntas. Salah satu dampak pergaulan bebas adalah meningkatnya jumlah kasus kehamilan di luar nikah yang memicu masalah lain, yakni praktik aborsi. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (2010) mengenai perilaku remaja yang melakukan hubungan seks pra nikah, menunjukkan kecenderungan meningkat. Data hasil riset BKKBN mengatakan bahwa separuh remaja perempuan lajang yang tinggal di wilayah Jabodetabek telah kehilangan keperawanan dan mengaku pernah melakukan hubungan seks sebelum menikah, bahkan tidak sedikit yang mengalami kasus hamil di luar nikah. Begitu juga di kota-kota besar lainnya seperti Surabaya, Medan, Bandung dan Yogyakarta. Sementara Komisi Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat sepanjang 2008 hingga 2010, kasus perampasan hak hidup melalui aborsi terus meningkat. 62 persen pelakunya adalah anak di bawah umur 18 tahun. Total dari 2008 sampai 2010 jumlahnya sebanyak 2,5 juta kasus.
Tak ketinggalan angka perceraian di Indonesia melonjak tajam. Kasus gugat cerai istri di beberapa kota mencapai 70%. Apabila kita kerucutkan masalah-masalah perempuan tersebut, maka akan kita dapatkan bahwa masalah-masalah tersebut adalah pelanggaran hukum-hukum islam. Islam tidak diterapkan dengan benar di Negara ini. Jangankan menerapkan islam dalam bernegara, secara individu saja, islam begitu jauh ditinggalkan. Kertas posisi ini akan memberikan solusi terkait masalah-masalah perempuan yang selama ini terlupakan oleh Negara kita yang notabene berpenduduk muslim terbesar.
Analisis
1.      Mengapa Harus Islam?

1.1. Indonesia, Berpenduduk Muslimah Terbesar di Dunia
Berdasarkan data statistik populasi yang dikeluarkan PBB Desember 2011 dan laporan Mapping The Global Muslim Population 2009 dari PEW Research Centre, maka perkiraan jumlah perempuan Muslim di Asia Tenggara, sebagai berikut1:
Negara Asia Tenggara
Prosentasi Muslim di Negara
(%)
Total Populasi Muslim
(juta jiwa)
Rasio Perempuan Per Laki-Laki (%)
Total Perempuan Muslim
(juta jiwa)
Indonesia
88,1
204,8
50,5
103,424
Malaysia
61,4
17,14
48,5
8,3129
Philipina
5,1
4,74
49,5
2,3463
Thailand
5,8
3,95
52
2,054
Brunei Darussalaam
51,9
0,21
49
0,1029
Singapura
14,9
0,72
49
0,3528
Kamboja
1,6
0,24
52
0,1248
Myanmar
3,6
1,9
51,5
0,9785
Vietnam
0,2
0,16
51
0,0816
Laos
0,1
0,001
50
0,0005
Total

233,861

117,6962
Berdasarkan data-data tersebut, jumlah muslimah di Asia Tenggara mencapai 117,7 juta jiwa, dimana sumbangan terbesar berasal dari Indonesia berjumlah 103. 424 juta jiwa. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Negara Indonesia diisi oleh sebagian besar oleh perempuan muslim (muslimah). Untuk itu islam bisa menjadi pertimbangan potensial untuk solusi masalah keperempuanan di Indonesia. Penerimaan islam sebagai aturan sebetulnya adalah hal yang mutlak dibutuhkan karena Negara ini berpenduduk muslim terbesar.
2.1.  Bagaimana Islam Menyelesaikan Masalah Perempuan?
Perempuan adalah makhluk ciptaan. Perempuan adalah hamba Sang Pencipta yang tidak boleh melupakan perannya dalam kehidupan ini. Ketika diri perempuan menyadari bahwa sepenuhnya dirinya adalah milik Sang Khalik, yang ingin menaati seluruh aturan Allah swt. Maka perempuan akan menyadari bahwa ia terikat dengan aturan-aturan Allah swt. Dengan kata lain, tak ada alasan untuk menolak aturan-aturan Allah swt.
Meski sebenarnya bukan untuk perempuan saja secara individu, karena masalah perempuan pun adalah masalah sistematis. Negaralah yang berperan penting dalam melindungi hak-hak perempuan. Negara idealnya, tidak hanya menyejahterakan dalam aspek ekonomi, tapi juga mampu menjaga moralitas rakyatnya dari kerusakan dan mengarahkan rakyatnya untuk lebih bertakwa kepada Tuhannya. Untuk merealisasikan hal tersebut pertanyaan mendasar dalam kehidupan ini yang mesti dijawab oleh sebuah negara. Darimana kita berasal? Untuk apa kita hidup di dunia? Dan akan kemana kita setelah hidup di dunia? Merumuskan sebuah konsep hendakanya memerhatikan ketiga pertanyaan tersebut. Pertanyaan tersebut akan mengarahkan Negara ini dan perempuan-perempuannya mengenali jati dirinya sebagai hamba Allah.

2.2.1 Akar Masalah Perempuan
Perempuan saat ini begitu jauh dari agamanya sendiri. Perempuan tidak menjadikan islam sebagai standar berpikir dan berkelakuan. Ide-ide kapitalis, liberalisme, demokrasi-sekuler yang menjerumuskan perempuan ke dalam jurang kebodohan dan kegelapan. Sekularisme menganggap agama dipisahkan dari kehidupan dan negara sehingga perempuan tidak wajib diatur oleh islam. Slogan kemajuan dan kemandirian perempuan, keadilan dan keseteraan gender sebenarnya adalah propaganda yang justru semakin membuat perempuan terpuruk. Kita lihat bagaimana kapitalisme memandang perempuan sebagai barang yang dapat diperjualbelikan.
Atas nama kemoderenan dan kebebasan, setiap inci tubuhnya dieksploitasi, kecantikan dan kemolekan tubuhnya dijadikan sebagai promosi produk sekalipun produk itu tidak ada hubungannya dengan perempuan. Misalnya, pada iklan-iklan mobil, selalu menyandingkan perempuan cantik dan seksi di samping produk tersebut. Para Sales Promotion Girl (SPG) beberapa produk selalu menjadikan perempuan cantik dan berpenampilan seksi untuk menarik pelanggan. Perempuan dianggap mesin pencetak uang. Unsur penting penopang ekonomi. Sehingga perempuan dinilai berharga sesuai kesuksesannya secara karir dan materi yang dihasilkan.
Isu Keadilan dan Kesetaraan Gender akan merusak keharmonisan keluarga bahkan bisa merusak bangunan dan keseimbangan peran dalam masyarakat. Perempuan didorong berkiprah lebih banyak di ruang publik dan berkarir, justru menambah beban bagi perempuan sendiri.
College Eropa Neuropsycho Pharmcology tahun 2011 dalam studinya menemukan bahwa depresi perempuan Eropa naik dua kali lipat selama 40 tahun terakhir karena beban luar biasa akibat kesulitan menyeimbangkan peran mengurus rumah tangga, merawat anak dan karir. Ide KKG mendorong perempuan bebas mengekspresikan diri termasuk dalam pemenuhan seksual. Keharmonisan keluarga terancam. Tercatat, saat ini di Inggris hanya 40 % anak lahir dari pernikahan.2
Ide KKG juga akan mengakibatkan lost generation. Perempuan tak lagi ingin menikah, melahirkan, dan mengurus anak. Ide ini berpotensi melahirkan masyakarat tua akibat pertumbuhan penduduk minus seperti yang terjadi di Eropa dan Jepang.
Pelacuran, seks bebas, perceraian, hamil di luar nikah, aborsi, kekerasan dalam rumah tangga adalah sesungguhnya masalah-masalah yang melanggar syariat islam. Islam dengan tegas melarang kasus-kasus tersebut. Islam adalah sistem yang mampu mewujudkan keadilan dan kebahagiaan bagi perempuan. Mampu  menentramkan jiwa dan memuaskan akal.


2.2.2. Syariah Islam menjamin Hak-hak dan Peran Perempuan
Sistem islam memiliki aturan lengkap dan menyeluruh terhadap masalah apapun. Aturan islam itu sesuai dengan fitrah, menenteramkan jiwa dan memuaskan akal. Syariah islam sebagai aturan kehidupan akan menjamin kebahagiaan manusia secara keseluruhan, baik secara individu, masyarakat, hingga negara, jika aturan ini diterapkan secara keseluruhan. Aturan ini bersifat sempurna karena berasal dari Yang Maha Sempurna, yakni Allah swt.
Terkait masalah keseimbangan peran yang sering memicu perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga, islam telah menetapkan bahwa di samping sebagai hamba Allah SWT yang mengemban kewajiban-kewajiban individual sebagaimana lelaki. Perempuan secara khusus telah dibebani tanggun jawab kepemimpinan sebagai Ibu dan pengatur rumah tangga. Sebagai ibu, dia wajib mendidik dan memelihara anak-anaknya agar kelak menjadi orang yang mulia di hadapan Allah swt. Sebagai pengatur rumah tangga, dia berperan membina, mengatur, dan menyelesaikan urusan rumah tangganya agar memberikan ketentraman dan kenyamanan bagi anggota keluarga lain.
Islam juga membuka ruang bagi perempuan untuk masuk dalam kehidupan umum, berkiprah dalam aktivitas yang dibolehkan seperti berjual beli, menjadi pedagang. Demikian pula terkait pelaksanaan aktivitas yang diwajibkan syariah, seperti menuntut ilmu, mengajar atau memberi ilmu dan berdakwah. Namun, dalam kehidupan umum ini, islam mewajibkan menutup aurat. Islam telah menetapkan perempuan sebagai bagian dari masyarakat sebagaimana halnya laki-laki. Keberadaan keduanya di tengah-tengah masyarakat tidak dapat dipisahkan.  
Dalam mengatasi seks bebas, yang dapat memicu pelacuran, hamil di luar nikah dan aborsi, islam memiliki solusi di antaranya sebagai berikut:
1.      Islam telah memerintahkan kepada kepala keluarga untuk mendidik anggota keluarga dengan islam agar jauh dari api neraka (tidak melakukan maksiat) (Lihat: QS at-Tahrim (66):6)
2.      Sebagai tindakan preventif, islam memiliki solusi:
a.       Islam telah mewajibkan laki-laki dan perempuan untuk menutup aurat, yang bila dilanggar tentu ada sanksinya. Terkait laki-laki, aurat yang wajib ditutup. Rasulullah saw. Bersabda. “Sesungguhnya (laki-laki) dari bawah pusar sampai kedua lututnya merupakan auratnya.” (HR. Ahmad). Terkait aurat wanita, kerudung dan jilbab (lihat QS. An-Nur (24):31 dan al Ahzab (33): 59). Dengan tertutupnya aurat pria dan wanita maka pornoaksi dan pornografi  tidak akan ada di tengah masyarakat. Sehingga naluri seksual tidak distimulasi.
b.      Islam mengharuskan laki-laki dan perempuan untuk menundukkan pandangan (QS an-Nur (24) :30-31). Laki-laki tidak boleh memandang perempuan dengan pandangan bersifat seksual. Dan perempuan juga harus menghindari diri dari perbincangan yang mengarah pada eksploitasi seksual.
c.       Islam melarang mendekati aktivitas-aktivitas yang merangsang munculnya perzinaan (QS. Al-Isra’ (17):32). Islam melarang aktivitas berdua-duaan antara laki-laki dan perempuan tanpa ada kepentingan yang dibolehkan syariah.
d.      Islam menerapkan pemisahan antara tempat aktivitas laki-laki dan perempuan dalam kehidupan umum di tempat-tempat tertentu. Seperti di tempat belajar mengajar, perayaan berbagai acara, di tempat bekerja.
e.       Islam melarang seorang pria dan wanita melakukan kegiatan dan pekerjaan yang menonjolkan sensualitasnya.
f.       Islam menjadikan pernikahan sebagai satu-satunya solusi untuk memenuhi naluri seksual yang sesuai dengan fitrah dan tujuan penciptaan naluri seks.
3.      Islam memelihara aturan masyarakat agar berjalan sesuai aturan Allah swt. Oleh karena itu, islam telah menyiapkan seperangkat sanksi yang diterapkan negara bagi pelanggar aturan Allah.
4.      Islam melarang aktivitas membuat dan mencetak gambar porno serta membuat cerita-cerita bertema cinta yang merangsang nafsu syahwat.
5.      Islam memerintahkan amar ma’ruf nahi munkar. Tidak boleh membiarkan adanya suatu kemaksiatan (Lihat: QS al-Anfal (8):25)

Simpulan dan Rekomendasi
Solusi-solusi dalam islam sebenarnya telah jelas tertuang dalam Al Qur’an dan As-Sunnah. Yang dibutuhkan hanyalah kesadaran dan keinginan masyarakat untuk menerapkan islam dalam kehidupan pribadinya, masyarakat, hingga negara. Perlu diingat islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat seluruh alam), memiliki nilai-nilai universal yang bisa diterapkan secara umum baik di kalangan non-muslim sendiri. Sehingga sangat dibutuhkan peran serta seluruh umat islam untuk menjadikan islam sebagai aturan utama sebagai bentuk konsekuensi keimanan dan ibadah kepada Allah swt, tanpa mendiskriminasi kaum non-islam. Membawa kehidupan dunia ini ke arah yang lebih baik, bersih, bermoral, dan bertakwa.
Adapun kontribusi yang dapat dilakukan oleh kaum perempuan untuk perempuan sendiri dalam membebaskan dirinya dari keterpurukan, ketertindasan, dan ketidakadilan ialah:
1.      Memberikan pencerahan kepada kaum perempuan agar kembali memegang islam sebagai tuntunan hidupnya. Sebab islam akan memberikan landasan dan panduan sempurna bagi manusia secara keseluruhan, termasuk kaum perempuan. Islam akan dapat menjawab berbagai persoalan perempuan seperti kasus-kasus di atas. Menjamin hak-haknya dan menjaga kehormatannya.
2.      Mengajak kaum perempuan untuk membangun keluarga ideal dan kokoh sebagai salah satu pilar peradaban islam. Sehingga lahirlah generasi-genarasi yang cerdas dan bertakwa.
3.      Perjuangan untuk mengubah sistem yang telah menindas umat manusia, termasuk menindas kaum perempuan. Sistem yang berpijak kepada kebebasan, pendewaan akal dan pengabaian syariat islam telah membuat nasib perempuan semakin tertindas, terpuruk, tereksploitasi, dan dihinakan. Makanya, hanya kepada peradaban islam lah nasib perempuan bersandar. Sebagaimana dulu islam berhasil mengangkat martabat perempuan dan memuliakannya. Perjuangan membangun peradaban islam ini adalah perjuangan terpenting baik bagi laki-laki maupun perempuan. Sebab perjuangan ini akan mengantarkan umat manusia pada keberkahan dan keselamatan kehidupan.
                  

Referensi:
Al Qur’an dan As Sunnah
2Buletin Al Islam Edisi 602/ThXIX/1433 H dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir
Majalah Cermin Wanita Shaliha Edisi 2 (April-Mei 2012)
Majalah al- Wa’ie No. 140 April 2012
Majalah al- Wa’ie No. 138 Februari 2012

*Tugas Kuliah



Diberdayakan oleh Blogger.