Sesungguhnya fitnah (ujian) terbesar bagi laki-laki adalah wanita, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
"Tidaklah aku meninggalkan fitnah, setelah aku (wafat), yang lebih berbahaya atas laki-laki daripada wanita".[5]
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengomentari hadits ini dengan perkataan: “Hadits ini menunjukkan bahwa fitnah yang disebabkan wanita merupakan fitnah terbesar daripada fitnah lainnya. Hal itu dikuatkan firman Allah: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita…” (Qs Ali-Imran/3 ayat 14) yang Allah menjadikan wanita termasuk hubbu syahawat (kecintaan perkara-perkara yang diingini), bahkan Dia menyebutkannya pertama sebelum jenis-jenis lainnya, sebagai isyarat bahwa wanita-wanita merupakan hal utama dalam masalah itu”. (Fathul-Bari)
Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah juga berkata: “Kebanyakan yang merusakkan kekuasaan dan negara, ialah karena menaati para wanita”.[6]
Sebagian orang shalih berkata: "Seandainya seseorang memberikan amanah kepadaku terhadap baitul mal, aku menduga akan mampu melaksanakan amanah tersebut atasnya. Namun seandainya seseorang memberikan amanah kepadaku atas diri seorang gadis untuk bersendirian satu jam saja, aku tidak merasa aman atas diriku padanya"[7]. Karena fitnah wanita, dapat menyebabkan seseorang dapat terjerumus ke dalam berbagai kemaksiatan hingga melupakannya terhadap akhirat. Seperti memandang wanita yang bukan mahramnya, menyentuhnya, berpacaran, bahkan sampai berbuat zina.
Sesungguhnya perkara yang mudah untuk menjaga diri dari fitnah wanita sejak permulaannya, ialah sebagaimana telah diajarkan Allah Ta'ala, yaitu dengan menahan pandangan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Katakanlah kepada orang-orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang mereka perbuat". [an-Nûr/24: 30]
Dalam hal ini, Allah Ta'ala juga tidak mencukupkan hanya dengan memerintahkan kepada laki-laki yang beriman saja agar menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya, tetapi Allah juga mengiringkan perintah-Nya kepada wanita-wanita:
"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya"[An- Nûr/24: 31].
Akan tetapi, ketika seseorang melepaskan kendali terhadap syahwatnya semenjak awal, maka di akhirnya dia akan sangat kesulitan mengatasinya. Ibarat seekor kuda yang berlari menuju ke suatu pintu yang akan dimasukinya, maka akan sangat mudah mengarahkan kuda itu dengan cara menarik kendalinya dan membelokkannya ke arah lain. Sebaliknya betapa susah, setelah kuda itu memasuki pintu tersebut, kemudian orang berusaha memegangi ekornya dan menariknya ke belakang. Alangkah besar perbedaan dua hal di atas.
Kemudian, karena beratnya menjaga dan mengendalikan fitnah syahwat ini, maka Nabi Saw, memberikan jaminan surga terhadap orang yang dapat mengendalikannya dengan baik.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
"Barang siapa menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, niscaya aku menjamin surga baginya".[8]
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan: Makna "menjamin (untuk Nabi)", ialah memenuhi janji dengan meninggalkan kemaksiatan. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan dengan menjamin, sedangkan yang beliau maksudkan ialah konsekwensinya, yaitu menunaikan kewajibannya. Sehingga maknanya, barang siapa yang menunaikan kewajiban pada lidahnya, yaitu berbicara sesuai dengan kewajibannya, atau diam dari apa yang tidak bermanfaat baginya; dan menunaikan kewajiban pada kemaluannya, yaitu meletakkannya pada yang halal dan menahannya dari yang haram.
Sedangkan yang dimaksud dengan "apa yang ada di antara dua rahangnya", yaitu lidah dan apa yang dilakukannya, yaitu perkataan. Sedangkan "apa yang ada di antara dua kakinya" ialah kemaluan.
Ad-Dawudi mengatakan, "apa yang ada di antara dua rahangnya" adalah mulut. Dia mengatakan, sehingga itu meliputi perkataan, makanan, minuman dan semua perbuatan yang dilakukan dengan mulut. Dia juga mengatakan, barangsiapa berusaha menjaganya, maka ia telah aman dari semua keburukan, karena tidak tersisa kecuali pendengaran dan penglihatan". Namun masih tersembunyi baginya, yaitu memukul dengan tangan.
Sesungguhnya pengertian hadits ini berbicara dengan lidah merupakan hal utama dalam meraih semua yang dicari. Jika seseorang tidak berbicara kecuali di dalam hal kebaikan, maka dia selamat. Ibnu Baththalt berkata, hadits ini menunjukkan bahwa bencana terbesar atas seseorang di dunia adalah lidah dan kemaluannya. Sehingga barang siapa menjaga keburukan keduanya, dia telah menjaga dari keburukan yang terbesar.[9]
Perhatikanlah Fudhail bin Iyadh rahimahullah, seorang ‘alim, seorang shalih, ahli ilmu dan ibadah, 40 tahun tak pernah ia telat untuk mendapat shaf pertama dalam shalat, namun ia mengatakan “Sungguh yang paling aku takutkan adalah fitnah wanita”. Sungguh beliau sangat memahami sabda Rosulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah aku meninggalkan fitnah setelahku yang lebih berbahaya bagi kaum pria melebihi kaum wanita” (Muttafaqun ‘alaih)
Dikutip dari berbagai sumber
Untuk para wanita, mari kita berhati-hati, terus memperbaiki diri, dan berdoa kepada Allah jangan sampai kita menjadi fitnah untuk kaum lelaki. Terutama saya sebagai seorang wanita yang mengutip artikel ini…
Home / Archive for September 2010
Catatan Untuk Para Wanita
Mencintai Dalam Diam
Bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang, cukup cintai ia dalam diam ...
karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya ...
kau ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang, kau tak mau merusak kesucian dan penjagaan hatinya..
karena diammu memuliakan kesucian diri dan hatimu.. menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahmu ..
karena diammu bukti kesetiaanmu padanya ..
karena mungkin saja orang yang kau cinta adalah juga orang yang telah ALLAH swt. pilihkan untukmu ...
ingatkah kalian tentang kisah Fathimah Az-Zahra dan 'Ali bin Abi Thalib?
yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan ...
tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah
karena dalam diammu tersimpan kekuatan ... kekuatan harapan ...
hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata ...
bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap pada-Nya?
dan jika memang 'cinta dalam diammu' itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata,
biarkan ia tetap diam ...
jika dia memang bukan milikmu, toh Allah, melalui waktu akan menghapus 'cinta dalam diammu' itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat ...
biarkan 'cinta dalam diammu' itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatimu menjadi rahasia antara kau dengan Sang Pemilik hatimu ...
Taken from http://ahmadsheva.blogspot.com
***
Andai kau tahu kenapa wanita memilih menghindar
Karena begitulah caranya mencintaimu...
Sudah terlanjur kehujanan...
waktu tak bisa diputar kembali
Anggap saja tak pernah ada pertemuan sebelumnya...
karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya ...
kau ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang, kau tak mau merusak kesucian dan penjagaan hatinya..
karena diammu memuliakan kesucian diri dan hatimu.. menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahmu ..
karena diammu bukti kesetiaanmu padanya ..
karena mungkin saja orang yang kau cinta adalah juga orang yang telah ALLAH swt. pilihkan untukmu ...
ingatkah kalian tentang kisah Fathimah Az-Zahra dan 'Ali bin Abi Thalib?
yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan ...
tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah
karena dalam diammu tersimpan kekuatan ... kekuatan harapan ...
hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata ...
bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap pada-Nya?
dan jika memang 'cinta dalam diammu' itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata,
biarkan ia tetap diam ...
jika dia memang bukan milikmu, toh Allah, melalui waktu akan menghapus 'cinta dalam diammu' itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat ...
biarkan 'cinta dalam diammu' itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatimu menjadi rahasia antara kau dengan Sang Pemilik hatimu ...
Taken from http://ahmadsheva.blogspot.com
***
Andai kau tahu kenapa wanita memilih menghindar
Karena begitulah caranya mencintaimu...
Sudah terlanjur kehujanan...
waktu tak bisa diputar kembali
Anggap saja tak pernah ada pertemuan sebelumnya...
Cukuplah Saat Ini, Aku Memiliki Ibu dan Ibu Memilikiku!!!
Ku tahu di balik ketegaran itu kau menyimpan lelah
Ku tahu kau pilih bersabar untukku yang selalu menuntut
Maafkan aku yang selalu menyusahkan Ibu
Aku, anakmu, yang kau kira tegar
ternyata rapuh di dalam
Kau adalah awan pekat di birunya hatiku
Kau adalah bening pada telaga di jiwaku
Aku tak mau jadi air mata, untuk mata sembab itu
Aku ingin jadi matahari yang hangat di sisimu
Ingat, saat aku bersamamu, Bu..
Tak ingin kulewatkan sedetik pun waktu
Saat malam menjelang
Aku akan mendekap Ibu, dan mengelus rambut Ibu
Tak ada hari lebih baik dari hari itu
Aku pun ingat
Saat kubawa pasir-pasir kasar
Ibu malah membawa secangkir madu untukku
Seketika kudengar nada suaramu melemah
Dan titik-titik air itu kau kumpul di matamu
Mungkin akan turun hujan atau titik air yang beku
Aku salah!
Aku berpikir, bagaimana jika suatu saat aku harus meninggalkan Ibu
Saat tak sering lagi kupandangi wajah Ibu dalam bisikan malam
Saat tak sering lagi kuelus rambut Ibu
Atau kudekap Ibu ketika aku mencari hangat dalam dingin yang mengiris
Dan saat kasih sayangku tak bisa seperti dulu
Itu mungkin saja terjadi, Bu!
Jika suatu saat ada yang menyeruak di dadaku
Dan kupilih untuk menyempurnakannya
Ibu jangan bersedih,
Jika kebaktian itu harus kubagi
Atau mungkin kebaktianku tak sama lagi saat aku masih milik Ibu
Bu, sekali lagi aku berpikir, entah salah atau tidak
Aku tak ingin meninggalkan Ibu seorang diri
Jika suatu saat ada yang datang
Dia harus tahu, kalau aku sayang Ibu
Namun saat ini cukuplah aku memiliki Ibu, dan Ibu memilikiku
_"Q~@"_
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Diberdayakan oleh Blogger.