Untuk Kamu yang Sedang Melawan Sepi

Mutluluk ne kadar zayıf bi duygu durumu En ufak şeylerde bile kendini gösterir Ama yine ufacık seyler onu yitirmeye kafi gelir

Beberapa orang sebenarnya sedang berjuang dengan sunyi dan sepi. Tapi mereka tidak tahu darimana asal sunyi itu berada. Setidaknya saya pernah merasakan itu ketika saya masih sendiri. Merindukan seseorang tetapi tak tahu siapa yang dirindukan. Menginginkan seseorang membersamai kita tetapi tak tahu siapa sosok itu.

Mereka merindukan seseorang di masa depan yang mereka pun tak tahu kapan dan dalam wujud apa ia akan datang. Bagaimanakah membahasakan itu. Ada ruang dalam jiwanya yang ingin diisi. Seperti rindu, cinta, dan kasih sayang. Tetapi, hanya kehampaan yang selalu muncul ketika sedang menepi, seorang diri. Ketika tak lagi dikelilingi oleh kawan-kawannya atau tak disibukkan dengan pekerjaannya. 

Begitulah mereka menghadapi kesendirian karena tak ingin menjalin kasih sebelum cinta benar-benar pasti. Perasaan itu datang silih berganti. Kadang bahagia, kadang sedih, kadang resah. Saya mungkin menyebut itu fitrah. Di belahan dunia manapun, bahkan seseorang yang tidak ingin menikah sekali pun sebenarnya sedang membohongi fitrahnya. Setiap orang tetap membutuhkan seseorang yang lain. Mencintai dan dicintai itu fitrah. Yang sedang menanti, semoga kesendirian segera berakhir. Semoga cinta Tuhan masih membersamai dalam perjalananmu. 

Kasih sayang itu adalah kelembutan. Bagi yang sudah menikah, pandanglah suami/istrimu dengan kasih sayang. Dengan begitu, kita akan mengerti bahwa sebenarnya kita sedang saling berkorban,  memikul beban yang berbeda-beda untuk saling membahagiakan. Lucunya, banyak yang gagal memahami bahwa pasangannya sedang berjuang dengan caranya masing-masing. Jangan lelah merawat cinta. Love will conquer all 😊😊😊 


7 Desember 2019

photocredit: https://www.instagram.com/p/Bbzf12tAOjc/

What is Love?

Gambar terkait

Pernahkah kamu meragukan definisi cinta? Di saat-saat tertentu saya justru meragukan pemahaman saya terhadap cinta. Ternyata cinta tidak cukup dirasakan. Ada saatnya perasaan itu menjadi hambar, pahit, bahkan manis seketika.

Mengapa ada orang yang mencintai tapi sekaligus membenci. Sebenarnya, itu bukan benci. Itu adalah cinta yang terbungkus kekecewaan. Cinta yang tersamarkan oleh harapan yang tidak terpenuhi. Cinta itu tidak boleh statis. Cinta adalah kata kerja. Cinta adalah dialogika. Ada koneksi dan komunikasi. Koneksi dan komunikasi ini bukan yang artifisial. Ia harus autentik. Lahir dari perasaan yang terdalam. Kesungguhan yang bergejolak dalam hatimu. 

Kita tidak bisa mencintai seseorang dengan kata-kata saja. Tidak pula bisa mencintai seseorang tanpa kata-kata. Itulah mengapa, ketika cinta kehilangan kata-kata, maka ia bisa kehilangan segalanya. Jangan mencintai tanpa membuktikan.  Seperti seorang bujang yang membuktikan cintanya dengan menikahi. Atau sepasang suami istri yang membuktikan cintanya dengan kata-kata dan kasih sayang. Memang kata-kata bukanlah segalanya. Karena bagi sebagian orang cinta itu adalah pembuktian dengan tindakan.

Pada kenyataannya persepsi setiap orang tentang membuktikan cinta itu berbeda. Ada banyak hal yang perlu argumentasi. Termasuk diskusi tentang cinta. Ada orang yang mati-matian membuktikan rasa cintanya. Tapi tak pernah sampai kepada yang dituju. Mengapa kita bisa salah menilai tentang cinta. Ternyata ada banyak bahasa dalam cinta. Bisa jadi dalam memaknai cinta, kita tidak satu persepsi.

Any thoughts about your definition of love? 😉


30 Juli 2019

photocredit: mhakeem.com

Cintailah Pilihanmu karena Allah

Hasil gambar untuk real love begins when you decided to make it halal

Lanjut atau tidak lanjut dalam perkenalan menuju pernikahan adalah sebuah pilihan. Selagi tak diikat dengan mitsaqan ghaliza, siapa pun bisa berpindah. Pada akhirnya, kita akan selalu menyeleksi siapa yang terbaik untuk menjadi pasangan hidup jika kelemahan-kelemahan yang ada mulai terungkap. Tapi dalam pernikahan, seni berkenalan sejatinya baru dimulai ketika ijab kabul telah diucapkan. Siapkah kamu menerima segala kekurangan dan kelebihan pasanganmu.

Maka jangan samakan pernikahan dengan pacaran yang sewaktu-waktu bisa berpindah ke lain hati. Pernikahan adalah janji yg disaksikan Tuhan. Kita tidak lagi berpikir untuk sewaktu-waktu bisa pergi. Tetapi, menjadikan perkenalan kita menjadi sarana ibadah. Bisakah kita menjadi semakin baik jika bersama? Dosa semakin berkurang. Amal soleh semakin bertambah. Itu yg mesti kita jawab. Kita harus siap berubah sesuai harapan pasangan. Bukan hanya diri kita yang harus disesuaikan, tapi kita harus siap menyesuaikan diri sesuai keinginan pasangan. Bukankah adil kalau keduanya siap berkorban untuk kebahagiaan masing-masing.

Dalam kamus pernikahan, keegoisan tidak layak dipertahankan. Suami dan istri adalah dua orang yang harus belajar dan mempelajari kesenangan dan ketidaksenangan masing-masing. Adakah harapan yang belum kita wujudkan bersama? Pertanyaannya, haruskah pacaran dulu untuk menuju pernikahan? Karena ketakutan akan kekecewaan jika salah pilih pasangan hidup kelak. Jawabannya, selama apapun pacaran, sepertinya kita tidak akan benar-benar saling mengenali. Pernikahan pula yang mengajarkan kita mengenali seseorang lebih dalam. Sifat-sifat kita akan saling mempengaruhi, saling tarik-menarik. Kalau masing-masing tidak punya ilmu dan tidak punya visi, saya ragu pernikahan hanya berjalan di tempat. Maka rumah tangga memang harus punya visi mau dibawa kemana? 

Pernikahan sesungguhnya menyatukan dua orang yang sangat berbeda. Tumbuh dan berkembang dalam budaya dan kebiasaan yang berbeda. Tetapi, disatukan sedekat-dekatnya, melebihi ikatan keluarga asal mereka. Sungguh menarik bukan? Di situlah kita belajar. Saling memahami, saling pengertian, saling membaikkan, saling mendukung, saling bertumbuh. Pilihlah cintamu. Cintailah pilihanmu. Karena Allah. 😘


27 Maret 2019


Seperti Kereta di Stasiun, Jodoh Selalu Datang Tepat Waktu

Hasil gambar untuk waiting station


Jodoh juga ibarat apakah kita sudah menanti di stasiun yang benar. Jika jodoh adalah sebuah keteraturan. Tuhan telah menentukan jodoh kita. Seperti kereta yang telah jelas kedatangan dan tujuannya. Hal itu karena kita memastikan telah berada di platform yang tepat. 

Jadwal kereta dan tujuannya sebenarnya telah dipastikan. Hanya saja beberapa di antara kita masih salah memilih stasiun, kurang jeli memperhatikan platform mana kita harus menanti kereta tujuan. Karena menanti kereta yang tepat harus dimulai dari mana dan bagaimana kita menantinya. 

Kereta itu sudah jelas akan datang pada waktu dan tujuan yang ditentukan. Tapi mungkin, kita kurang pandai memperhatikan manakah kereta yang menuju tujuan kita. Ya, kereta tak perlu dikejar-kejar. Dia akan datang dengan sendirinya. Hanya saja, pastikan usahamu menanti di stasiun dan platform yang sesuai dengan kereta tujuan. Menanti lah di platform stasiun yang tepat 😉

Jangan ragu jika kereta belum datang, yang penting kamu yakin, telah menunggu di tempat yang benar. Jika sudah berada di atas kereta kamu akan nyaman. Karena kamu telah yakin keretamu benar-benar membawamu ke tujuanmu.


12 Maret 2019

photocredit: canva.com

Ada Hikmah dalam Setiap Ujian


Tidak ada manusia yang hidupnya sempurna. Tidak ada manusia yang hidupnya selalu beruntung. Apalagi yang hidupnya selalu bahagia. Bukankah sudah dikatakan berulang kali dalam kitab suci bahwa dunia ini adalah tempat manusia diuji siapa yang paling baik amalnya. Hingga kelak layak mendapat surga Firdaus.

Berbicara mengenai ujian, setelah usia baligh mungkin kita baru merasa ada gejolak atau masalah dalam hidup yang perlu kita selesaikan sendiri. Masalah yang satu selesai, masalah yang lain datang hingga kita beranjak dewasa dan menua. Memahami ini, tentu kita sudah bersiap dengan segala kemungkinan yang akan datang dalam hidup kita. Mempersiapkan diri dan ilmunya adalah suatu usaha. Bahkan untuk tetap positif dalam keadaan yang paling tidak nyaman bagimu perlu usaha keras. Asalkan kamu pandai melihat bagaimana Allah mendidik dirimu untuk menjadi hamba yang lebih baik. 

Banyak yang tidak sadar, melewati ujiannya begitu saja tanpa berusaha mengambil hikmah. Ujiannya mungkin berakhir tapi tidak ada pelajaran kehidupan. 

Hikmah yg paling mungkin adalah ada perubahan karakter menjadi lebih baik sesuai didikan Allah. Yang tidak sabaran, menjadi harus lebih sabar. Yang sebelumnya kurang pandai bersyukur menjadi sering bersyukur. Yang sebelumnya malas menjadi rajin. Yang sebelumnya cuek menjadi perhatian, kasar menjadi lembut, dan karakter-karakter lainnya. Ujianlah yang ternyata mendidik kita menjadi lebih tangguh. Dan sanggup menambal kekurangan-kekurangan itu. 

Dalam melewati ujian, butuh dada yang seluas samudera. Bagaimana melintasi rintangan dengan pribadi yang selalu positif. Ya, tidak mudah tapi tentu butuh usaha. Menjalani hidup dengan ikhlas, ridho tanpa mengeluh, tanpa marah-marah tentu pahalanya luar biasa. Tapi, tabiat manusia memang pada dasarnya cenderung negatif (mudah mengeluh, marah, tidak sabaran dll.) kecuali orang-orang yang berilmu. 

Dalam berumah tangga (ehm, maaf bahas ini lagi) masalah dan ujian rumah tangga harus dihadapi bersama. Agar ketahanan keluarga semakin kuat. Saling tolong menolonglah kalian dalam menetapi kebenaran dan kesabaran. Marriage is hardwork, but worths every effort. 


4 Januari 2019

Photocredit: http://christine-dg.tumblr.com
Diberdayakan oleh Blogger.