Ketika Hati Sulit Memilih


Pertemuanmu dengan seseorang selalu punya potensi. Potensi untuk membuatmu bertumbuh lebih indah atau sebaliknya. Kamu pun tahu batas hatimu ketika tersesat. Tersesat dalam hati seseorang yang tak kunjung menawarkan kepastian.

Sementara di keadaan lain, kamu bertemu dengan seseorang yang sangat mungkin membuatmu lebih baik. Bahkan bersedia mempercayakan hidupnya kepadamu. Sayangnya, kamu tak pandai mengemudikan hatimu. Mengapa begitu sulit menerima ketulusannya.

Kamu sangat tahu apa yang tersimpan dalam hatimu. Kamu sangat tidak nyaman akan hubungan lama tanpa status. Kamu mungkin merasa sangat cocok dengannya. Dan kamu yakin dia juga merasa cocok denganmu.

Hanya saja, keberanian membangun rumah tangga sedang tidak berpihak padanya. Atau bisa jadi kesabaranmu yang mulai goyah. Kamu sedang berjuang untuk mengalahkan kekhawatiranmu. Tapi, yakinlah, bersama doa dan kedekatan kepada Tuhan, kamu akan memiliki cara untuk menyelesaikan persoalan perasaanmu.

Sampaikan pada-Nya bahwa kamu meminta petunjuk terbaik. Jangan takut meninggalkan yang bukan milikmu. Jangan takut menerima seseorang yang bisa jadi merajutkanmu benang-benang kebahagiaan.

photo credit: @welldonebro

Apa yang Kamu Berikan, Sedang Kembali Padamu



Apa yang kau berikan, sedang berjalan menujumu. Sama seperti apa yang kau tanam, akan kau tuai. Begitulah hukum tarik-menarik. Barat menyebutnya "Law of Attraction." Konsep ini sebenarnya sudah ada dalam nilai yang ditawarkan islam. Kebaikan itu selalu kembali dalam wujud kebaikan. Bisa jadi kembali dalam kebaikan yang sama. Bisa jadi pula datang dengan wujud kebaikan lain. Begitu pula keburukan. Jika kau berbuat keburukan, ia akan kembali padamu.

Kalau hari ini kamu masih berbuat baik, maka beruntunglah. Hasil perbuatanmu itu akan mendekatimu kembali. Selama kamu menyediakan ruang ikhlas dalam dadamu ketika melakukannya. Kenapa ada orang yang selalu beruntung, bisa jadi karena kebaikan-kebaikan yang ikhlas ia bagikan. Kenapa ada orang yang hidupnya selalu kacau. Bisa jadi karena apa yang ia berikan membawa keburukan pada orang lain dan sekitar.

Itulah kenapa kita selalu diminta bermuhasabah. Untuk memperbaiki amal-amal yang buruk. Karena siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah, akan melihat balasannya. Siapa yang mengerjakan keburukan seberat zarrah akan melihat balasannya. Tetaplah kamu berbuat baik. Meski saat ini orang-orang tak menghargai. Karena kebaikan itu akan kembali padamu, meski dalam wujud yang lain.

Sama halnya dengan jodoh, apa yang kamu cari, mungkin sedang mencarimu. Maka milikilah harapan yang baik-baik. Maka carilah yang baik-baik.

Magnet yang Baik




Sama seperti dirimu, bahwa seseorang dalam doa-doanya sedang berusaha memenangkan takdir terbaik. Waktu mungkin saja mengajarkanmu tentang arti bertumbuh, tentang arti bersabar. 
 
Saya selalu percaya, kamu akan menemukan seseorang yang punya visi yang sama denganmu. Jika kamu memupuk sikap hidup yang baik, maka tak usah risau tentang siapa yang akan mendampingimu. Karena magnet yang baik akan menarik sesuatu yang baik.

Kelak kau akan pahami bahwa yang terberat bukanlah rindu. Tapi mempertahankan rindu, mempertahankan cinta. Kata orang, cinta yang bertahan adalah cinta yang punya visi yang sama. Ketika kamu sama-sama mencari ilmu. Ketika kamu sama-sama mencintai Tuhanmu. 

photo credit: @welldonebro

Balasan Perbuatan



Tanpa kita sadari dalam hidup ini, kita sebenarnya telah mendapatkan balasan atas setiap usaha kita. Kebahagiaan, kesedihan dan emosi yang lain adalah salinan dari perbuatan kita. Kebahagiaan yang merasuk dalam hatimu, bisa jadi balasan karena kamu telah membahagiakan orang lain. Jika kamu bersedih atau tertimpa ketidakberuntungan, bisa jadi kamu pernah membuat orang lain sedih, kecewa bahkan menyusahkan hidupnya.

Kemudahan itu akan menjadi balasan jika engkau senantiasa memudahkan orang lain. Bukan berarti pula kita memudah-mudahkan setiap keadaan. Hingga melakukan kecurangan. Segala sesuatu telah ada ukurannya. Manusia akan mengenali sendiri dengan imannya mana yang patut dikerjakan dan mana yang tidak.

Sungguh perasaan di antara manusia sangatlah halus. Dalam adab bergaul, kita dianjurkan untuk menjaga perasaan orang lain dan senantiasa memudahkan urusannya. Bukan berarti pula, kita membenarkan kelakuan buruknya, tapi kita tahu cara yang tepat untuk menasihati dan bersikap kepadanya. Imam Syafi'i berkata nasihatilah seseorang dalam keadaan sepi, jangan menasihati dalam keadaan ramai.

Perhatikan bagaimana musim berganti dengan penuh ketenangan. Perlahan-lahan ia membawa keteguhan, kesabaran dan kedamaian. Siapapun yang memiliki cinta akan pandai meletakkan perasaannya dan perasaan orang lain.

"Mudahkanlah dan jangan kalian persulit, berilah kabar gembira dan janganlah kalian membuat orang lari.” (HR. Bukhari & Muslim)

photo credit: Maslihatul Bisriyah
Diberdayakan oleh Blogger.