Lensa Berpikir


Kita boleh berpikir kritis, tetapi jangan sampai kita menodai agama.

Selama kuliah di sini, saya cukup mendapat pengetahuan tentang bagaimana berpikir kritis. Membangun argumen dan menganalisis argumen adalah apa yang diharapkan dalam setiap pembelajaran. Saya ingat betul ketika saya masih duduk di semester 1, materi tentang critical thinking, critical reading, dan critical writing adalah pondasi untuk sukses di perkuliahan.


Dalam social sciences, kemampuan ini sangat penting agar "voice" kita kuat. Tidak sekadar mendukung argumen. Kita diajarkan untuk selalu "skeptic" jangan mudah menelan apa yang para ahli telah teorikan. Milikilah sikap ragu, sebagai cikal bakal kemampuan berpikir kritis itu. Kita harus bisa menantang setiap ide dan pemikiran yang ada.

Sayangnya, dalam literatur barat, pemisahan agama dan ilmu-ilmu telah menjadi asas sehingga memakai lensa agama hanya akan dikatakan cacat berpikir. Campur tangan agama dalam aktivitas berpikir hanya akan menghambat kelogisan berpikir. Agama tidak akan membuat kita bebas berpikir. Kesimpulannya, kesampingkan agama jika kamu ingin berpikir maju.


Tapi tidak seperti itu dalam islam. Islam sangat mengagungkan orang-orang yang berpikir. Islam tidak menganjurkan kita untuk menjadi jumud. Pemikir dalam islam adalah mereka yang membaca, mentadabburi, memahami bahkan mengamalkan dengan baik isi kitab suci sebelum membaca buku-buku karangan manusia. Apalagi karangan dari nabi-nabi kiri. Pemikir dalam islam memakai lensa akidah ketika membaca atau mempelajari literatur-literatur umum. Sehingga mereka punya pisau analisis yang tajam ketika menghadapi segala jenis pemikiran.


Kesimpulan saya, kepada para pelajar dan pembelajar, kembalilah dulu. Baca dan pelajari Al Qur'an sebelum belajar tentang berpikir kritis. Rumi pernah berkata "Kau akan belajar dengan membaca, tetapi kau akan paham bersama cinta." Jika kita tidak mencintai Al Qur'an, akan sulit bagi kita untuk memahami kandungannya. Jika kita tidak mencintai islam, maka akan sulit bagi kita untuk menjadi pembelanya.

Melbourne, 6 Ramadan 1438 H

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.