Mengarahkan Cinta

Oleh Bulqia Mas’ud

Kata orang jatuh cinta berjuta rasanya. Mungkin memang benar. Tapi ketika Anda jatuh cinta, jangan sampai yang Anda lihat di sekeliling Anda hanyalah bunga-bunga. Meskipun faktanya memang seperti itu. Bahkan kata orang, tahi kucing pun bisa jadi rasa coklat. Ketika kita jatuh cinta, hendaknya kita bisa memposisikan cinta itu dengan benar. Apalagi untuk para pengemban dakwah, jangan sampai tak ada beda antara dirinya dengan orang-orang lain yang awam. Tak jarang jatuh cinta bagi seorang pengemban dakwah adalah sebuah masalah. Bukan kebahagiaan yang membuat hati berbunga-bunga. Tapi justru derita yang berkepanjangan. Meskipun jatuh cinta tidak bisa diingkari karena jatuh cinta adalah sebuah fitrah. Bahkan sebuah anugerah yang diberikan Allah. Apalah jadinya jika kita tidak pernah jatuh cinta. Hati mungkin sudah sekeras batu. Cuma, yang mesti dihindari adalah munculnya hal-hal yang membuat cinta itu salah arah. Berdoalah dan tetap berusaha untuk terbebas dari fitnah hati.

Sebenarnya saya tidak ingin berbicara masalah jatuh cinta. Karena orang yang berilmu agama pasti tahu mengarahkan dan memposisikan cinta itu. Saya ingin mengurai makna apa perbedaan antara menyukai dan mencintai?

Analoginya seperti ini, ketika saya berjalan di sebuah mall dan saya melihat baju yang sangat cantik di dalam etalase sebuah toko. Saya sangat menyukai baju itu. Ada kecenderungan dalam hati saya untuk memiliki baju itu. Tapi, saya tidak mencintai baju itu karena baju itu bukanlah milik saya. Masih ada kemungkinan baju itu dimiliki orang lain, tergantung takdir Allah. Namun saya berkeinginan untuk memiliki baju itu suatu saat. Mungkin ketika baju itu sudah menjadi milik saya seutuhnya, maka baju yang dulunya saya suka, menjadi sangat saya cintai.

Begitulah, ketika ada kecenderungan hati terhadap seseorang, bolehlah menyukai karena itu fitrah. Tak bisa dihindari. Tapi upayakan jangan mencintainya. Berusahalah untuk tidak menyerahkan cintamu sebelum benar menjadi milikmu. Sedalam apapun kau menyukai seseorang, tetap upayakan untuk tidak mencintainya dulu. Sampai di sini sudah bisa membedakan maknanya kan? Bolehlah memiliki kecenderungan hati terhadap seseorang atau bahkan sudah menetapkan pilihan, tapi tidak untuk mencintai. Cinta yang hakiki itu hanya untuk Allah SWT. Insya Allah dengan begitu hati kita menjadi aman.

Untuk setiap perempuan maupun laki-laki, akhwat maupun ikhwan cinta yang sesungguhnya barulah bisa kalian berikan kepada suami atau istri kalian masing-masing kelak. Menyukai saja itu sudah cukup. Jadi, agar hidup terasa ringan tanpa beban, gunakanlah resep di atas. Jika muncul kecenderungan hati, maka berusahalah untuk tidak mencintai dulu. Tapi, bukan berarti ketika kita memaksa hati untuk tidak mencintai, lalu ketika suatu saat cinta menyapa, selalu ditolak. Tidak seperti itu. Tidak mencintai bukan berarti menolak kan? Karena setiap orang sudah punya pilihan di hatinya masing-masing. Hanya saja itu sebagai upaya membentengi diri. Dan untuk menjaga kemurnian hati. Karena cinta yang sesungguhnya baru berhak kita berikan pada seseorang yang ditakdirkan oleh Allah untuk kita kelak. Jangan sampai kita terlanjur mencintai orang yang belum tentu jodoh kita. Wallahu ‘alam

Semoga bermanfaat, terutama terhadap pribadi penulis sendiri…

***
Ampunilah hamba Ya Allah, semoga diri ini tidak menjadi fitnah di hati orang-orang
Bukankah menjadi dosa bagiku, Ya Allah?

Hidup Seperti Sebuah Film

Hidup memang seperti sebuah alur cerita dalam film. Kita, manusia adalah para pemerannya. Allah adalah Sang Sutradara yang mengatur jalannya cerita. Skenarionya adalah kitab Allah (Lauh Mahfuz). Bedanya: skenario Allah belum diketahui oleh para pemerannya, sementara skenario dalam film sudah diketahui oleh para pemerannya. Bahkan sudah bisa tertebak apakah berakhir dengan happy ending atau sad ending. Konflik cerita adalah ujian dan masalah kehidupan. Masalah-masalah atau ujian-ujian yang kita alami.

Karena kita tidak pernah tahu kali ini kita mendapatkan peran apa. Suatu cerita mungkin telah berakhir. Tapi cerita lain menyusul dan peran yang akan kita lakoni selalu tak terduga. Maka, bersiap saja kalau Allah akan memposisikan kita pada peran tertentu. Semua masih rahasia. Kadang kita mendapatkan peran wajar. Biasa-biasa saja. Figuran. Kadang kita yang justru berkonflik. Kadang kita jadi penengah.

Setiap orang punya ceritanya masing-masing. Punya film kehidupan masing-masing. Dan tidak akan pernah berhenti sampai dunia benar kiamat. Kita tidak pernah tahu siapa yang akan berakhir dengan happy ending. Kita tidak pernah tahu film akan berakhir seperti apa. Happy ending kah atau sebaliknya. Yang mungkin bisa kita lakukan adalah menjalani peran apa adanya. Natural. Menyerahkan semuanya pada Sang Sutradara. Kita hanya butuh dibimbing dan diarahkan oleh Sang Sutradara. Mengikuti skenario Sang Sutradara.

Berbahagialah jika kita diberi peran penting. Entah itu menyulitkan ataupun memudahkan. Itu berarti Sang Sutradara memercayakannya kepada kita. Sang Sutradara menyukai kita. Sang Sutradara ingin melihat kita setingkat lebih maju dibanding pemeran lain. Sang Sutradara ingin mengetahui kualitas kita. Sang Sutradara ingin mengetahui keprofesionalan kita. Sang Sutradara ingin mengetahui kapasitas kita. Dan kepatuhan kita dalam mengikuti instruksinya. Berbahagialah.. jangan menyalahkan peran kehidupan yang kau dapatkan. Karena di luar sana banyak orang yang mendapatkan peran yang jauh lebih sulit dibanding apa yang kita rasakan. Berbahagialah… Allah menyayangi kita.

***
Kadang, aku merasa benar-benar berakting di depan kamera. Melakoni sebuah cerita dalam film. Hmm, hidup….memang penuh teka-teki. Kuharap film kehidupan yang kulakoni berakhir dengan happy ending…SURGA…!!!

Memulai Tahun

Tahun lalu,
Dan setiap kesalahan yang mengiringinya
Kuharap telah terhapus oleh hujan awal tahun ini
Yang jatuh di sore hari
***
Aku hanya terkenang atas apa yang telah terjadi
Lalu aku tersenyum
Hmm, mungkin waktu tahun lalu telah mempermainkan hidup kita, semua.
Mau mencoba keteguhan kita
***
Tahun baru, bulan baru
Dan setiap laku baru
Kuharap senyum kita semua
Terkulum seperti lengkungan bulan sabit
Atau pelangi yang menggantung. Indah.
***
Ternyata aku rindu melihat hujan bersamamu, sahabat
Sudah terlalu lama.

Tahun Baru, Sabtu, 1-1-2011
Hampir terlupa, dan terpaksa
Karena hari ini aku harus menulis
Diberdayakan oleh Blogger.