Mengelola Takdir



Saya berpikir takdir adalah hal yang tidak bisa kita pilih. Itu bentuk kemahakuasaan Tuhan. Sikap kita terhadap takdir adalah menerima. Akan tetapi, menerima takdir tanpa usaha untuk mengubahnya juga merupakan sikap yang fatalis. Apakah ada peluang untuk mengubah? Ya, tentu saja. Melalui usaha yang logis dan empiris, menggunakan ilmu, sains dan sebab-akibatnya. Kita baru bisa menunggu bahkan melihat hasilnya jika telah melaksanakan sebab-sebabnya. Begitulah hukum alam. Apa yang mempermulus keberhasilan tersebut? menurut pengalaman saya, itulah doa, habluminallah dan habluminannas. Penjelasan tentang bagaimana doa, hubungan terhadap sesama manusia, terlebih hubungan terhadap Allah dalam mengubah takdir tidak akan saya paparkan di sini. Penjelasan saya tentang takdir di sini pun adalah jenis takdir yang manusia punya hak untuk mengubahnya.

Tapi apakah ada peluang untuk mengubah takdir yang 'tidak mungkin' diubah dalam pandangan manusia? Jawaban atas pertanyaan ini mungkin bukan logika yang terbatas. Meskipun dalam pengetahuan saya yang juga terbatas masih perlu usaha untuk mendatangkan sebab akibat. Jawaban yang paling mungkin adalah keyakinan. Kita memiliki believe system yang diarahkan oleh Kitab Suci. Dalam Al Qur'an, orang beriman adalah orang yang yakin akan segala ketidakmungkinan yang bisa dinalar logika.

Yakin dan percaya adalah bentuk penghambaan tertinggi bahwa segala sesuatu bisa berubah sekejap atas kehendak Tuhan yang kita tidak tahu waktunya. Segala ketidaktahuan itu adalah bentuk iman kepada Allah bahwa banyak sekali yang tidak kita ketahui. Apa yang membuat kita hendak berjalan dalam ketidaktahuan itu adalah proses percaya. Imanlah yang punya gerakan untuk menembus keterbatasan dan ketidaktahuaan manusia. Tapi keyakinan saja tidak cukup. Doa adalah penghantar apakah keyakinan itu bisa menjadi kenyataan. Lagi-lagi doa adalah sebuah misteri yang rahasia keterkabulannya beyond our limit. Allah hanya memberikan kepastian, siapa yang berdoa pasti akan Kukabulkan.

Jika tidak yakin, maka peluang kepastiannya juga berkurang. Derajat keyakinan tentu saja menjadi precausal untuk mengubah takdir, sedalam atau seberapa kuat keyakinan itu. Meski ini sangatlah gaib, ada banyak kemustahilan yang benar terjadi yang terbukti dalam catatan sejarah. Persoalan keyakinan ini memang tidak mudah karena akan selalu bertabrakan dengan logika manusia yang selalu ada jawabannya. Sementara masalah keyakinan adalah jauh ke depan yang tidak ada jawaban pastinya. Keterwujudannya mungkin bisa diukur dengan seberapa beriman dan bertakwa manusia. Siapa yang menolong Allah, maka Allah akan menolongnya. Banyak sekali janji Allah dalam ayat-ayatnya. Tinggal kita mengambil sikap, mau yakin atau tidak, mau berubah atau tidak.

picture credit: https://www.gardeningknowhow.com/

Diberdayakan oleh Blogger.