Lanjut atau tidak lanjut dalam perkenalan menuju pernikahan adalah sebuah pilihan. Selagi tak diikat dengan mitsaqan ghaliza, siapa pun bisa berpindah. Pada akhirnya, kita akan selalu menyeleksi siapa yang terbaik untuk menjadi pasangan hidup jika kelemahan-kelemahan yang ada mulai terungkap. Tapi dalam pernikahan, seni berkenalan sejatinya baru dimulai ketika ijab kabul telah diucapkan. Siapkah kamu menerima segala kekurangan dan kelebihan pasanganmu.
Maka jangan samakan pernikahan dengan pacaran yang sewaktu-waktu bisa berpindah ke lain hati. Pernikahan adalah janji yg disaksikan Tuhan. Kita tidak lagi berpikir untuk sewaktu-waktu bisa pergi. Tetapi, menjadikan perkenalan kita menjadi sarana ibadah. Bisakah kita menjadi semakin baik jika bersama? Dosa semakin berkurang. Amal soleh semakin bertambah. Itu yg mesti kita jawab. Kita harus siap berubah sesuai harapan pasangan. Bukan hanya diri kita yang harus disesuaikan, tapi kita harus siap menyesuaikan diri sesuai keinginan pasangan. Bukankah adil kalau keduanya siap berkorban untuk kebahagiaan masing-masing.
Dalam kamus pernikahan, keegoisan tidak layak dipertahankan. Suami dan istri adalah dua orang yang harus belajar dan mempelajari kesenangan dan ketidaksenangan masing-masing. Adakah harapan yang belum kita wujudkan bersama? Pertanyaannya, haruskah pacaran dulu untuk menuju pernikahan? Karena ketakutan akan kekecewaan jika salah pilih pasangan hidup kelak. Jawabannya, selama apapun pacaran, sepertinya kita tidak akan benar-benar saling mengenali. Pernikahan pula yang mengajarkan kita mengenali seseorang lebih dalam. Sifat-sifat kita akan saling mempengaruhi, saling tarik-menarik. Kalau masing-masing tidak punya ilmu dan tidak punya visi, saya ragu pernikahan hanya berjalan di tempat. Maka rumah tangga memang harus punya visi mau dibawa kemana?
Pernikahan sesungguhnya menyatukan dua orang yang sangat berbeda. Tumbuh dan berkembang dalam budaya dan kebiasaan yang berbeda. Tetapi, disatukan sedekat-dekatnya, melebihi ikatan keluarga asal mereka. Sungguh menarik bukan? Di situlah kita belajar. Saling memahami, saling pengertian, saling membaikkan, saling mendukung, saling bertumbuh. Pilihlah cintamu. Cintailah pilihanmu. Karena Allah. 😘