Home / Archive for Januari 2017
Pencarian Manusia
Matahari kali ini terbit menyimpan pesan dari langit musim panas
Kecocokan Jiwa
Dulu.
Dulu sekali pemahaman saya tentang pernikahan harus ditempuh dengan
cara pacaran. Untuk saling kenal mengenal membutuhkan percakapan dan
pertemuan yang intens. Dalam beberapa kejadian, saya menemukan dan
mengamati beberapa teman saya. Selalunya pihak perempuan tidak nyaman
dengan hubungan lama tanpa kejelasan. Mereka selalu menanti kepastian
dari sang lelaki.
Sementara di pihak laki-laki, tujuan mereka pacaran bukan untuk seserius perempuan. Tetapi menghabiskan waktu agar tidak sendiri. Agar bisa dengan mudah mencurahkan perasaan yang tidak bisa mereka bendung. Adapula dari teman saya yang secara frontal berujar bahwa dia pacaran hanya untuk bersenda gurau, berhura-hura, berfoya-foya.
Saya kemudian menyimpulkan, mereka yang menempuh jalan ini, sadar atau tidak sadar tujuan akhirnya adalah pernikahan. Kalau pacarannya serius mungkin bisa sampai ke pernikahan. Kalau hanya bersenda gurau, serba bebas, kejadiannya bisa lebih parah. Sepertinya, dalam masyarakat kita, pacaran masih menjadi keharusan untuk menuju jenjang pernikahan.
Sementara ada pula beberapa teman yang memasrahkan jodohnya pada pihak orang ketiga. Atau tanpa orang ketiga tetapi datang dalam keadaan siap kepada yang hendak dijadikan pasangan hidup. Mereka tidak menghabiskan waktu untuk bersenda gurau dan berkasih sayang sebelum waktunya. Karena bagi mereka pernikahan itu bukan tujuan. Melainkan awal. Awal perjalanan yang panjang, yang siap dihadapi bersama.
Pada kenyataannya, mereka yang tidak menempuh jalan pacaran, rumah tangganya tetap harmonis. Meskipun dalam beberapa kejadian ada juga yang gagal. Namun yang harmonis tetap lebih banyak. Mungkin karena niat awal mereka ikhlas mengharap ridha Allah demi menyempurnakan setengah agama. Yakni beribadah. Sehingga mempercayakan jodohnya kepada Allah adalah pilihan yang tepat. Sehingga cara-cara yang ditempuh harus dalam bimbingan wahyu. Tidak melanggar syariat.
Lalu pilihan itu ada di tangan masing-masing. Kalau tujuannya, pada akhirnya adalah pernikahan, tidak mestilah ditempuh dengan jalan pacaran. Jodoh sudah tertulis di Lauh Mahfuz. Yang Allah nilai kemudian prosesnya. Apakah ditempuh dengan cara-cara yang disenangi Allah atau tidak. Mintalah yang terbaik dari-Nya.
Terakhir, saya ingin mengutip kata-kata Khalil Gibran yang mungkin mencerahkan, "Jangan anggap cinta datang dari persahabatan yang lama dan hubungan akrab. Cinta adalah anak keturunan kecocokan jiwa. Dan jika kecocokan itu tidak ada, cinta tak akan pernah tumbuh, dalam hitungan tahun bahkan generasi". Jadi, untuk membangun cinta, tidak butuh persahabatan atau perkenalan yang lama. Cinta adalah kesesuaian jiwa. Ketaatan dan keimanan adalah pondasi yang mencukupkan kesesuaian jiwa.
Semoga bermanfaat shalihin dan shalihat!
Melbourne, 10 Januari 2017
:: When in Paris, Eiffel Tower in the cloudy night 🗼🗼
Sementara di pihak laki-laki, tujuan mereka pacaran bukan untuk seserius perempuan. Tetapi menghabiskan waktu agar tidak sendiri. Agar bisa dengan mudah mencurahkan perasaan yang tidak bisa mereka bendung. Adapula dari teman saya yang secara frontal berujar bahwa dia pacaran hanya untuk bersenda gurau, berhura-hura, berfoya-foya.
Saya kemudian menyimpulkan, mereka yang menempuh jalan ini, sadar atau tidak sadar tujuan akhirnya adalah pernikahan. Kalau pacarannya serius mungkin bisa sampai ke pernikahan. Kalau hanya bersenda gurau, serba bebas, kejadiannya bisa lebih parah. Sepertinya, dalam masyarakat kita, pacaran masih menjadi keharusan untuk menuju jenjang pernikahan.
Sementara ada pula beberapa teman yang memasrahkan jodohnya pada pihak orang ketiga. Atau tanpa orang ketiga tetapi datang dalam keadaan siap kepada yang hendak dijadikan pasangan hidup. Mereka tidak menghabiskan waktu untuk bersenda gurau dan berkasih sayang sebelum waktunya. Karena bagi mereka pernikahan itu bukan tujuan. Melainkan awal. Awal perjalanan yang panjang, yang siap dihadapi bersama.
Pada kenyataannya, mereka yang tidak menempuh jalan pacaran, rumah tangganya tetap harmonis. Meskipun dalam beberapa kejadian ada juga yang gagal. Namun yang harmonis tetap lebih banyak. Mungkin karena niat awal mereka ikhlas mengharap ridha Allah demi menyempurnakan setengah agama. Yakni beribadah. Sehingga mempercayakan jodohnya kepada Allah adalah pilihan yang tepat. Sehingga cara-cara yang ditempuh harus dalam bimbingan wahyu. Tidak melanggar syariat.
Lalu pilihan itu ada di tangan masing-masing. Kalau tujuannya, pada akhirnya adalah pernikahan, tidak mestilah ditempuh dengan jalan pacaran. Jodoh sudah tertulis di Lauh Mahfuz. Yang Allah nilai kemudian prosesnya. Apakah ditempuh dengan cara-cara yang disenangi Allah atau tidak. Mintalah yang terbaik dari-Nya.
Terakhir, saya ingin mengutip kata-kata Khalil Gibran yang mungkin mencerahkan, "Jangan anggap cinta datang dari persahabatan yang lama dan hubungan akrab. Cinta adalah anak keturunan kecocokan jiwa. Dan jika kecocokan itu tidak ada, cinta tak akan pernah tumbuh, dalam hitungan tahun bahkan generasi". Jadi, untuk membangun cinta, tidak butuh persahabatan atau perkenalan yang lama. Cinta adalah kesesuaian jiwa. Ketaatan dan keimanan adalah pondasi yang mencukupkan kesesuaian jiwa.
Semoga bermanfaat shalihin dan shalihat!
Melbourne, 10 Januari 2017
:: When in Paris, Eiffel Tower in the cloudy night 🗼🗼
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Diberdayakan oleh Blogger.