Menulis, Kebutuhan Dasar Mahasiswa



Menulis adalah sebuah tindak kreatif. Menulis adalah sebuah refleksi pemikiran. Menulis adalah sebuah pengungkapan rasa. Menulis adalah sebuah amal nyata.
(M. Irfan Hidayatullah)

Setiap orang idealnya bisa menulis dengan baik. Terlebih lagi mahasiswa atau ilmuwan.  Aktivitas menulis adalah salah satu aktivitas ilmiah. Aktivitas ilmiah paling sering kita temukan di institusi bernama pendidikan utamanya universitas. Karena universitas memang didesain untuk kegiatan ilmiah dengan maksud melahirkan ilmuwan. Yang dengan hasil penelitian atau pengetahuannya dapat dimanfaatkan untuk kemashlahatan masyarakat. Mahasiswalah yang bertindak sebagai subjek untuk menumbuhkan spirit keilmiahan di institusi ini.
Menulis bagi seorang mahasiswa tidak hanya sekadar memenuhi kewajiban akademik, seperti membuat laporan, makalah dll. Tapi lebih dari itu, mahasiswa seharusnya memiliki visi dan misi yang jelas dalam menulis. Yaitu tujuan yang lebih besar, untuk memperbaiki keadaan masyarakat. Membangun peradaban yang gemilang. Berkarya dan membuat amal nyata.   
Mahasiswa adalah kaum intelektual, agent of change, moral force. Idealnya, mahasiswa adalah orang yang memiliki pengetahuan yang lebih, terutama terkait disiplin ilmunya. Mahasiswa juga dianggap sebagai sosok penyambung antara pemerintah dan masyarakat. Memiliki usia yang masih produktif, berjiwa muda, independen, dan bersemangat. Salah satu cara aman untuk menularkan ide-ide dan solusi kepada masyarakat, pemerintah, bangsa, dan negara adalah menulis. Tentu saja sebagai bentuk kritik saran yang bersifat membangun untuk kemajuan bangsa. Dengan menyadari hal tersebut, mahasiswa mestinya mengetahui pentingnya menulis. Setelah mengetahui urgensi menulis, mahasiswa memahami bahwa menulis adalah salah satu kebutuhan dasar bagi mahasiswa di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan, mahasiswa adalah titik harapan munculnya pemikir-pemikir baru, ilmuwan-ilmuwan handal yang dapat memberi sumbangsih tinggi demi kemandirian dan kejayaan bangsa. Tentu saja untuk kemashlahatan umat manusia melalui tulisan dan penemuannya.
Setiap mahasiswa tentu saja memiliki tujuan yang berbeda dalam menulis. Ada yang menulis untuk kewajiban akademik, misalkan membuat tugas laporan atau makalah. Ada juga yang menulis dengan tujuan untuk mengeritik pemerintah dan kebijakannya, biasanya dalam bentuk opini atau esai. Selain itu, ada juga mahasiswa yang menulis karya tulis untuk mengikuti lomba-lomba. Yang paling kita kenal setiap tahunnya ialah lomba PKM (Pekan Kreativitas Mahasiswa). Ada juga yang menulis untuk berbagi pengalaman, meluapkan perasaan, dan cerita fiksi. Tujuan-tujuan tersebut hendaknya diarahkan sebagai bentuk ibadah kepada Allah swt. Bukan semata-mata untuk memperoleh materi.
Sesuai dengan yang diungkapkan khalifah Ali, bahwa menulis adalah cara untuk mengikat ilmu. Kitab suci Al Qur’an tidak akan bisa kita baca hari ini jika dahulu tidak dituliskan oleh para sahabat. Sejarah hidup rasulullah, sahabat, dan pengikut-pengikutnya juga tidak akan kita ketahui jika tidak ada orang yang menuliskannya. Begitu pula ilmu para ulama terdahulu tidak akan sampai kepada kita jika mereka tidak menuliskannya. Maka menulis adalah mendokumentasikan ilmu dan pengetahuan.  Sehingga ilmu pengetahuan tersebut tersalurkan turun temurun kepada umat manusia.

Dasar-Dasar Kepenulisan
Secara sederhana, penulis mencoba memberikan dasar kepenulisan yang diambil dari berbagai sumber dan hasil olah pemikiran penulis sendiri:

1. Menemukan Ide.
Ide bisa juga disebut insiprasi atau topik yang akan dibahas. Ide biasanya lahir dari fakta yang telah diinderai dipadukan dengan informasi sebelumnya. Informasi sebelumnya adalah pengetahuan yang tinggal di otak kita. Jadi, modal pertama menulis adalah pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dari membaca. Aktivitas menulis tidak bisa dipisahkan dari membaca. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Tulisan-tulisan yang baik adalah hasil dari bacaan-bacaan yang baik pula.
2. Memahami dan Menganalisis Masalah
            Memahami masalah sama dengan membangun perspektif atau pandangan. Pada tahap ini, kita harus bisa memetakan masalah yang diangkat, apakah dalam bidang ekonomi, politik, budaya, hukum, pendidikan, kesehatan, teknologi dll. Masalah ini kemudian kita kaitkan dengan pengetahuan yang kita miliki untuk merekonstruksi ide baru. Di sinilah pentingnya memiliki banyak referensi untuk penguasaan analisis dan pemecahan masalah. Menulis hanyalah sebuah manifestasi dari ide-ide yang ada dalam pemikiran. Jadi sebenarnya yang lebih penting itu adalah rekonstruksi idenya.

3.Didukung dengan Referensi
            Referensi akan memperkaya argumen kita dan menajamkan analisis kita. Referensi juga akan memperkuat pendapat kita. Untuk memahami, menganalis, memecahkan persoalan atau memberi solusi dibutuhkan kekayaan dan orisinalitas referensi. Referensi yang bagus akan mendukung keotentikan tulisan kita.

4. Memiliki Keteguhan Keyakinan
Tahap ini adalah tahap yang paling penting. Memiliki idealisme akan mengarahkan niat dan tujuan tulisan yang kita buat. Untuk apa tulisan itu dibuat. Dengan memiliki idealisme, keyakinan, ideologi, atau hal-hal yang kita pegang teguh. Dia yang akan menentukan posisi kita, keputusan yang kita ambil. Juga cara kita memahami sebuah masalah, menganalisis masalah, dan memberikan solusi terhadap sebuah masalah. Sehingga ketika menulis, kita tidak sekadar menulis, tapi punya niat yang lebih mulia.
Ringkasnya wawasan dan pengetahuan membantu kita mengetahui suatu masalah. Referensi membantu kita menganalisis atau menelaah masalah. Keyakinan akan menentukan posisi kita dalam menyelesaikan masalah.

“Ikatlah ilmu dengan menuliskannya” (Ali bin Abi Thalib ra.)

Al Fath

Al Fath Islamic Study Club (AISC) is my little organization that I established on January 4th 2013. It is kind of club for studying Islam combines with games, playing, still in boundary of Islamic knowledge. This activity is actually to benefit my free time in hometown. I was very worried about the children and young generation that morally bad and less of islamic teaching by their parents even school. This is also the stepping stone to my future dreams build islamic school and Islamic Education Management Consultancy. I will consider ‘Al Fath’ as the name of my meritorious company which means ‘victory’.

Al Fath Islamic Study Club has actually 15 students, 10 girls, 5 boys, but the averagely presence more about ten to twelve students. I was happy because I could contribute to enlighten them with islam. They were very excited. I couldn’t believe that they always asked me to teach them morning to noon, noon to afternoon. I concluded that actually children have curious desire to know more about Rasulullah and his companions, and other islamic materials likewise history, personality, manner of islam. They don’t just have a place or teacher to teach them pure islamic insight. 

I was teaching them every morning when they had their holiday and continued it at noon. Alhamdulillah they could spend their holiday with studying the dinullah. When they entered school, the schedule moved on noon and afternoon. In addition, I usually gave them islamic history, shalat manner, and Rasulullah’s manner in daily life as eating, sleeping, friendship habit. I also asked them to write their dreams on sheet of papers in order to shape them a brilliant person. 

Many of them are smart. It’s not difficult to convey the materials. Nevertheless, some boys are mischievous. I need extra effort to keep them polite. Alhamdulillah, they wanted to listen to and obey me after expelling a warning, because they love me ^^.

I miss them badly. I was happy to teach them. As if I want to go back, meet and teach them again. Now, I find great activity in hometown, not to be bored anymore. It was so sweet when I was going back to Makassar, they prepared me a present. It was simple, affordable, but very meaningful. They are lovely children. Nice to teach you children, Fitrah, Chaeril, Aimar, Dilla, Yayat, Wiwi, Inu, Savira, Alvira, Filwa, Nasma, Inna, Ida, and Tilla. Hoping meet and teach you next time, child!  I really miss you all…      

These are the photos. They are as simple as their smile.



Diberdayakan oleh Blogger.